Thursday, December 8, 2011

Hanya Ingin Kau Tahu (Cerpen ku...)

       Sosok Menna, cewek cantik berkulit kuning langsat itu terlihat tengah asyik bercanda bersama teman-temanya sembari duduk-duduk di teras kantin dan terlihat sesekali ia memainkan rambut ikal sebahunya. Namun ditengah-tengah canda tawa itu, Menna seolah nampak tak terlalu menikmati canda dan  tawa itu. Sorot matanya sedari tadi berkeliaran hendak menemukan sosok yang ingin ia lihat, dan ketika segerobolan cowok teman sekelas Menna berjalan menuju tempat ia duduk saat ini, saat itulah giliran hatinya terdengar berdegep cukup kencang.
“Ndah!! Makan-makan yuk. Nich mumpung anak-anak AN 2006 pada ngumpul” kelakar Agung salah satu temen Menna pada Indah sobat Menna yang dua hari lalu jadian sama Ody.
“Yeach__kantin kampus juga gak papa. Weleh-weleh__sekarang anak AN dah pada laku, eit__tapi tunggu dulu. nich-nich Atnan masih ngejomblo loch. Hai Isma!!! Nich Atnan cowok item manis lagi kosong, apa sich kurangnya Atnan? Yang agak keriting-keriting gini biasanya setia loch” goda beberapa cowok-cowok AN sambil sesekali ngledekin Isma dan Atnan yang memang sejak beberapa waktu silam mereka berdua sering jadi bahan ledekan.
Menna, yang duduk tepat di sisi kanan Isma ikut menikmati kelakar anak-anak AN, namun sayangnya ia tak bisa bohong kalau hatinya kalut sewaktu nama Isma di kaitkan dengan Atnan, bagaimana tidak. Isma salah satu sohib Menna sedangkan Atnan, ia adalah cowok yang sedari tadi ia nanti kehadirannya.  Namun ketika Menna melihat reaksi muka Isma bak koran di injak-injak, ada sedikit perasaaan lega dan tenang di hati Menna.
“Men, catetan mu kayaknya masih ada yang kurang. Kita pinjem sama Ridwan aja yuk, cuman sayangnya dia dah pulang, kalau mampir ke kostnya dulu mau gak?”ajak Isma tak lama berselang
Menna yang terkenal cukup baik hati itupun tak keberatan memenuhi permintaan Isma. Beberapa menit kemudian Menna sudah siap berada di atas motornya, selagi ia melajukan motor_sempat hatinya kembali berdebar kencang__Atnan, lagi-lagi untuk sekian kalinya Menna merasa tatapan mereka saling bertemu di satu sisi. Ada gurat indah dalam batin Menna, seberkas penuh harap, berharap Atnan juga merasaakan perasaan yang Menna rasakan “Ah__tidak!!! Itu tidak mungkin” batin Menna mencoba mengusir pikiran bodohnya.
Keesokan harinya Menna sengaja untuk datang lebih awal, ia berniat mampir dulu ke ruang tata usaha, belum sempat ia menyerahkan berkas bea siswanya, tiba-tiba hatinya dikejutkan kembali dengan kemunculan Atnan dari ruang tata usaha.


“Hai__kamu ngajuin bea siswa juga?” tanya Atnan ramah
“Mmm….ya seperti yang kamu lihat. Kamu juga yach?? Eh, syaratnya apa aja sich, cuman mau ngecek nih__sapa tahu masih ada yang kurang” balas Menna sekaligus mencari kesempatan
Dengan cekatan Atnan membuka berkas-berkas kemudian menyerahkan kembali pada Menna sambil menjelaskan tidak ada kekurangan apapun “Semua lengkap!!!” katanya singkat lalu pergi dengan tergesa-gesa. “Tergesa-gesa amat, habis ini ada kuliah di ruang 10 kan? Bareng aja” ajak Mena
Atnan membalikkan badan dan memberi isyarat kalau dia harus balik ke kost karena justru syaratnyalah yang masih kurang. “Kamu mau balik ke kost? Mmm…nich pakai motorku aja” suruh Menna, “Mmm…gak usah, aku malah kelupaan gak bawa foto copy kartu keluarga, jadi aku balik rumah. So__biar aku naik bus aja. Thanks tawarannya” sahut Atnan menolak tawaran Menna
“Key__tunggu aku bentar yach” kata Menna sebelum ia masuk ke ruang TU. “Jadi kamu mau balik rumah? Naik bus? Aku pikir kamu gak bakal punya banyak waktu. Mmm…sepeti yang atdi aku bilang, gimana kalau bawa motorku aja” tawar Menna lagi bermaksud menolong Atnan namun dengan sopan Atnan tetap menolak. “Sumpah thanks banget, rumah aku tuh jauh, kagak enak lagi pinjem motor orang buat pulang” jawabnya memberi alasan.
Namun bukan Menna kalau ia menyerah begitu saja, alhasil ia menwarkan diri untuk ikut bersama Atnan ditambah dengan alasan siapa tahu dirinya bisa bantu-bantu Atnan. Dan karena Atnan berada dalam posisi yang cukup diuntungkan, meskipun awalnya ia merasa kurang nyaman__akhirnya Atnan menyetujuinya juga. Betapa riang dan bahagianya Menna dapat menolong Atnan, cowok yang sudah sejak lama ditaksirnya, bukan sekedar menolong__tapi ia bakal boncengan satu motor sama Atnan.
“Men, lalu kuliahmu?”
“Ah__sudahlah, bolos sekali gak papakan? Ntar kalau ada quis paling juga dah ada yang ngerjain buat aku” jawab Menna tanang
Meskipun perjalanan itu akan cuman perjalanan pertama dan yang terakhir, Menna tak akan pernah menyesalinya. Ia cukup bahagia punya kesempatan berada di balik punggung Atnan, sepanjang perjalanan sesekali mereka bercakap-cakap. “Andai saja kamu tahu perasan ini” ucap batin Menna.
“Maksih banget ya atas bantuan mu. Aku gak tahu kalau gak ada kamu mungkin rencana bea siswa untuk ku itu bakal dicabut”
“Sudahlah. Itu gunanya temankan?” kata Menna mencoba untuk bijaksana

Resiko apapun yang mungkin akan datang karena kemarin Menna tak masuk kuliah seolah mampu dia hadapi, bagi Menna kesempatan sehari bersama Atnan belum tentu datang untuk ke-dua kalinya. Akan tetapi ketidakhadiran Menna tanpa lasan membuat Indah dan Isma, dua sohibnya itu cukup penasaran. Siang ini, ketiganya bertemu kembali di ruang kelas dan penuh penasaran Isma dan Indah menayakan kemana kemarin Menna pergi. Namun sayangnya Menna tak cukup punya keberanian untuk berkata sebenarnya “Ada sedikit urusan mendadak” sahutnya singkat. Banyak pemikiran yang ia pertimbangkan, selama ini perasaan suka itu ia pendam sendiri, sedangkan di sisi lain ia tak tahu harus bersikap apa bila Isma tahu kebenarannya, bahkan Menna sendiri tak pernah brani menanyakan perasaan Isma pada Atnan. Dia selalu saja berpendapat, sebenci-bencinya Isma mungkin sama Atnan, tapi kalau anak-anak terlalu sering ngledekin mereka__ya kemungkinan besar cinta itu bisa tumbuh di antara kebencian. Tapi sebenarnya itulah yang tak pernah Menna harapkan.
“Menna, please bisa ikut aku bentar. Penting banget nich. Darurat__ayo cepetan” ajak Erwin
“Da apa sih__ya ya, sabar napa? Ini aku juga baru mau berdiri”
Nampak Erwin dan Menna tengah serius membicarakan sesuatu, disatu sisi nampak ekspresi keterkejtan Menna disisi lain nampak kekalutan dan sikap penuh harap yang Erwin tunjukkan dengan erak tubuh memohon. Sesekali terdengar kata “Tidak, aku gak bisa. Orang lain aja deh” ucap suara lembut Menna, namun Erwin tetap saja terus membujuk dan memohon kemudian menyerahkan setumpuk kertas kusut kepada Menna, terlihat Menna agak berat hati menerimanya tapi akhirnya keluar juga pernyataan setuju dari mulut Menna.
“Hai nona manis, sendirian aja?? Gak keberatankan aku temenin? Dah pesen belum? Sekalian deh aku pesenin?” sapa Atnan pada Menna ketika suatu siang mereka bersua di kantin
“Oh, bikin kaget aja kamu At, tadi aku dah pesen kok. Cuman tinggal nunggu” jawab Menna cepat kemudian kebali asyik pada lembar-lembar kertas kusut di hadapannya. Atnan berllau dan sesaat kemusian kembali duduk tepat di hadapan Menna, dan itu adalah kesempata kedua Menna dapat bersama Atnan, hanya mereka berdua. Entah apa yang berkecamuk dalam hati Menna.
“Mmm__sibuk milih lagu buat pentas yach? Aku dengar dari Erwin kamu mau gantiin Nuri? Wah kamu tuh emang cewek berhati emas, baik hati banget”
“Wah Erwin mulai cuap-cuap yach? He he..aku jadi malu nich. Masih amatiran. Tapi mau gimana lagi, Nuri sudah tiga hari batuk sama pilek jadi gak bisa total latihan, alhasil mereka ambil keputusan


buat cari vokais baru, gila__aku harus nyesuaikan diri dengan band mereka dalam hitungan tiga hari. Mana aku bingung mau milih lagu yang mana, coba lihat ini__kertasnya aja dah kagak jelas warnanya”
“Aku salut sama kamu. Yang semangat ya!! Ingat kamu mewakili AN 06 di pentas band sabtu besuk, so_jangan kecewakan anak-anak. Aku yakin kamu pasti bisa”
Tak berapa lama pesanan mereka datang secara bersamaan. Di tengah-tengah Menna menikmati jeruk panasnya, Atnan mulai kembali mengajaknya ngobrol, namun untuk kali ini Atnan terlihat serius dan bahan obrolan yang mreka bicarakan agak terdengar berat.
“Indah sama Isma kok gak nemenin kamu? Pada kemana? Oh__pasti Indah pacaran sama Ody yach. Mm__by the way, Isma dah punya cowok belum sih?”
Pertanyaan yang keluar begitu santainya ternyata cukup membuat air jeruk yang Mennev teguk nyaris keluar, untung ia masih mampu mengendalikannya amun sayangnya kini malah seakan berehenti di kerongongan.
“Wah ada angin apa nich nanyain Isma? Mm..jangan-jangan ada apa-apanya? Bener nich gosip yang selama ini di gembor-gemborkan anak-anak? Kamu???” tanya Menna selidik
Atnan diam sejenak, dia nikmati sebentar seteguk-dua teguk es the yang ia pesan tadi. Perlahan ia mengumpulkan kata-kata untuk menjawab pertanyaan Menna.
“Menurutmu?”
“Lah, aku kan tanya kamu”
“Mmm__ya gitulah” “Ya…ada sesuatu pada diri Isma yang cukup menarik hatiku. Sebenanya jauh sebelum gosip itu beredar, aku juga gak tahu anak-anak pada tahu dari mana. Menurutmu bagaimana dengan Isma? Menna, kamu kan sahabat dekatnya_gak keberatankan untuk sekali ini saja kamu bantuin aku?? Mmm__aku takut nich kalau Isma bakal nolak aku. So_bantuin aku ya. Cari-cari info gitu gimana sih perasaan dia ke aku?” pinta Atnan “Well, thanks banget, kamu tuh emang manusia paling baik sedunia. Thanks banget, ya udah terusin belajarnya. Sukses buat hari senin ya”
Menna tak tahu seremuk apa hatinya saat ini. Dia bahkan masih tak percaya, semua nampak seperti mimpi buruk. Ia tinggalkan kantin dan melangkah menuju tempat parkir. Diambilnya motor dan tak ada yang lain di pikirannya selain pulang meskipun masih ada satu mata kuliah yang harus ia ikuti.
“Pinter yach sekarang maen rahasia-rahasiaan? Kemana lagi kemarin siang gak ikut kuliah? Eh Men, lu sakit yach?? Tampang lu kucel amat” tegur Indah keesokan harinya
“Mm..kamu begadang yach, latihan vokal terus. Gak usah dipaksaain, ntar kamunya sakit malah”


“Eh Ma, boleh nanya, kalau seandainya Atnan naksir kamu beneran, kamunya gimana?”
“Apaan sich, kita lagi bahas keadaan kamu yang kacau balau itu, la kamu malah mengalihkan percakapan” omel Isma rada dongkol sedongkol tiap anak-anak AN ngledekin dia
:”Aku tanya serius. Please__sekali ini aja aku tanya sama kamu. Kalau kamu masih nganggep aku sahabat kamu, kamu harus jujur”
“Penting banget yach. Huh__sampai kapan sih semua ini berakhir. Aku sama sekali gak suka sama Atnan, cowok item, dekil_mana rambutnya agak keriting-keriting gitu, huah__sumpah, dia bukan tipe gue kali. Dengar ya chanyang, aku gak akan ngulangin untuk sekian kalinya__aku sama sekali gak da rasa sama dia, aku kagak suka Atnan__okey” sahut Isma memberi jawaban cukup lantang dan ketika itulah, sengaja atau tak sengaja__Atnan sekonyong-konyong masuk ke ruang dimana Menna dan dua rekannya sedang membicarakan dirinya.
Nampak diraut Atnan sebuah ekspresi kekecewaan. Atnan terpaksa harus mendengar pengakuan Isma secara langsung dan dalam kondisi yang tak disangka-sangka tentunya. Lirikan mata Atnan tertuju pada Menna, simpul senyum tanda terimaksih Atnan lemparkan untuk Menna.sayangnya Menna  tak tahu harus bersikap apa. Bahagia diatas patah hati Atnan, atau harus ikut bersedih sedangkan inilah kenyataan yang selalu ia harapkan.
“Ku tlah miliki rasa indahnya perihku, rasa hancurnya harapku_terlepas cintaku___rasakan abadi, sekalipun kau mengerti, sekalipun kau pahami__berfikirku slah mengertimu. Oh…aku hanya ingin kau tahu, besarnya cintaku…tingginya khayalku bersamamu…. Tuk lalui waktu yang tersisa kini, disetiap hariku…di sisa akhir nafas hidupku….” Dendang merdu suara Menna di atas panggung seolah menyerukan suara hatinya sendiri.
“Menna!!” teriak suara Isma dan Indah di belakang panggung seketika setelah Menna selesai bernyanyi. Teriakan dua sobatnya itu bahkan malah terdengar seperti gertakan di telinga Menna
Tanpa memberi kesempatan untuk menjawab sapaan mereka, Isma sudah lebih dahulu menarik lengan Menna dan membawanya ke sisi luar panggung.
“Kamu suruh aku jujur, tapi selama ini ternyata kamu yang gak jujur. Mencoba membohongi perasan kamu sendiri?” omel Isma
“Maksud kamu apa?”
“Gak usah belagu. Aku tahu benar, kamu sengaja kan milih lagu tadi? Dan aku yakin benar__kamu berharap seseorang mengerti akan isyarat isi hatimu yang kau sampaikan lewat sebuah

lagu. Dan satu hal lagi, tatapanmu gak pernah bisa bohongin aku ataupun Isma, sepanjang waktu kau bernyanyi. Tatapanmu sedikitpun tak pernah ingin lepas dari Atnan, yach__kamu suka kan sama dia.
 Kamu naksir diakan? Aku tuh sahabat kamu Men, cerita dong?? Kenapa sich aku harus nyadarin semua itu dengan cara seperti ini, kalau kamu mau cerita. Key, sekarang kalau kamu masih mau jadi sahabat aku, bilang dan ungkapin perasaan itu sama Atnan”
“Gak, gak Ndah__aku gak bisa__cinta dia bukan untukku, dia mencintai orang lain”
Indah membelalakkan matanya kemudian sesaat menatap kearah Isma
“Yach__Atnan mencintai Isma” jawab Menna lirih
“Menna” suara Ody muncul tiba-tiba di balik kerumunan orang yang tengah asyik menikmati pertnjukan musik selantnya. Dari kacamata pandang Menna, Ody-pun telah mendengar semua yang mereka bicarakan. Namun tak hanya Ody yang tahu, tepat di belakang Ody__berdiri tubuh tegak milik Atnan. Menna sempat menatap sorot mata Atnan yang bagai elang, dan untuk kali ini Menna tak sanggup menatap sorot mata itu lebih lama lagi. Menna berpaling kemudian berlari menghindar dari kerumunan orang. Tanpa intruksi dari siapapun, Atnan berlari mengikuti kemana Menna pergi.
“Sorry__bukan maksudku untuk mendengar percakapn kalian, tapi__”
“Aku yang harusnya bilang sorry__maaf At, maafin aku”
“Maaf untuk apa? Karena kamu mencintaiku? Apa itu hal yang salah?”
“Tapi kamu gak mencintaku”
“Lalu? Aku suka Isma, tapi dia gak suka sama aku, apa aku harus merasa bersalah untuk itu? Menna, yang namanya perasaan itu kan gak bisa dipaksakan”
“Aku gak tahu mau kutaruh dimana muka ku esok hari bila aku berjumpa lagi denganmu. Atnan, aku gak ingin apa-apa__sekarang kamu terlanjur tahu. Dan memang hanya itu yang ku ingini. Samapai mati mungkin aku gak akan berani ungkapin perasaan ini. Atnan, aku hanya ingin kau tahu_tahu betapa tingginya khayalku selama ini dapat memilikimu. Oh__thanks, aku__aku dah gak tahu mau ngobrol apa lagi. Ya__sekarang kamu sudah tahu, dan aku gak ingin apapun lagi”
Menna melangkahkan kaki meninggalkan Atnan sendirian dan untuk saat ini, Atnan memilih untuk tak mengekor kepergian Menna. “Cewek itu pasti butuh waktu untuk sendiri” pikir Atnan

###
Sepekan setelah kejadian itu berlalau, Menna kembali dipertemukan dengan Atnan dalam satu kelompok kunjungan kampus. Bagi Menna semua tak pernah berubah, hatinya masih saja berdegub
kenjang setiap Atnan berada di dekatnya dan tatapan mata itu tak pernah bisa lepas dari ingatan Menna.
“Hai, kita satu kelomok nich” sapa Atnan dengan senyum mansinya
Menna diam dan membalas senyum Atnan dengan senyum yang tak kalah manisnya. Batin Menna cukup tenang karena sikap Atnan tetap seperti sedia kala, sikap yang manis, baik, ramah seolah tanpa ada cacat yang terjadi diantara keduanya.
“Terimakasih Tuhan karena kau masih memberiku kesempatan menikmati senyum paling indah dan paling manis dari seorang Atnan, meskipun aku tak pernah tahu apakah suatau saat nanti aku bisa menjadi bagian dari senyum itu” doa syukur Menna dalam batinnya.
(iin_15-16 April 2007)