Friday, February 21, 2014

Jejak Petualang : Kemuning I'm Coming Again....



Yeacccccccccccccchhhhhhhhhhhhhhhhhhh... ketemu lagin dech sama cerita perjalanan unikku yang sempat aku lalui beberapa waktu lalu. Maaf banget yach..ceritanya ngga bisa update coz kemarin kemarin jadwal aku masih padat merayap datang seekor nyamukkk...huppp lalu ditangkap... Heeemmm, malah jadi nyanyi cicak cicak di dinding..., kembali ke pokok pembahasan, kali ini aku akan kembali menuliskan pengalaman touring lanjutan yang berlangsung dihari Minggu, 2 Februari 2014.. tepatnya pasca aku menyelesaikan perjalanan indah ke Pacitan bersama koko Bear Baloteli pada 31 Jan-1 Feb 2014 silam. Touring kali ini agak berbeda karena biasanya aku selalu pergi bersama my husband, tapi berhubung yang bersangkutan masih capek, akhirnya aku memilih untuk berangkat sendiri...eittttt..tapi touringnya bukan aku alone loh, kali ini bersama dengan satu tim rekan-rekan kantor dari PT. Nusapro Telemedia Persada cluster Boyolali (bagi yang asing sama nama perusahaan tempat aku bernaung,,, ya wajar aja.. emang ngga terlalu terkenal, perusahaan ini berdiri dibidang distribusi dan telekomunikasi, intinya merupakan salah satu perusahaan bertaraf Nasional yang merupakan bagian dari Dealer PT. Indoat Tbk.)
Dari pada boring, mari lanjut kecerita touring saja.... sebelum memutuskan ber-touring ria, kami sempat memilih beberapa tempat wisata lain, seperti keluar kota atau sekedar bermain Pandawa Water Bom, namun karena keterbatasan dana, dan menurutku terlalu memaksakan diri jika harus berdarma wisata ketenpat yang jauhhhh (seninnya kan masih kerja, apalagi para AO masih harus keliling ke outlet-outlete), akhirnya diputuskanlah untuk bersepeda motor saja ke Kemuning. Sebenarnya aku sudah agak bosan ke lokasi kebun teh ini, sudah beberapa kali aku kesana (dengan patner boncengan yang berbeda-beda....haaaaa), terakhir aku kesana sekitar bulan September 2013, namun karena kali ini rombongan, aku tetep semangat saja untuk ikut dan berniat hendak mengendarai sepeda motor sendiri, pingin cari tantangan baru,,,toh selama ini kalau ke Kemuning selalu bersama joki..hahaa, jadi pingin banget menguji adrenalin dengan meluluhkan rute Kemuning.
Hari Minggu, 2 Februari 2014..pukul 07.30 aku menuju ke rumah Robin, di daerah Kartosuro yang dijadikan sebagai markas untuk berkumpul. Sampai disana, baru terlihat segelintir orang, salah satunya mas Fuad, sang SPV depo Boyolali kota, oiyaaa..sebagai info saja, kantorku terbagi dua depo, aku sendiri adalah admin di depo Boyolali Kota, sedangkan satunya adalah depo pembantu yang berkantor di wiliayah Simo Boyolali. Kami pun harus menunggu beberapa teman lain yang belum datang, terutama yang berasal dari depo Boyolali Kota. Sekitar pukul 08.00, dipastikan peserta touring yang siap ikut sudah lengkap, kami terdiri dari 4 cewek (5 cewek yang lain absen) dan 10 cowok.  Kami pun dihimbau oleh pak SPV untuk berboncengan saja, awalnya aku ngotot banget pingin motoran sendiri, tapi bener-bener dapat tentangan dan larangan dari semua peserta touringm terutama Mba Fafa, patnerku kerja sebagai admin PRM yang bertugas di depo Simo Boyolali, akhirnya aku pun berboncengan dengan my little Brother, alias Febri ijonk... namun tetep dengan mengendari La Spacy, sedangakan Vixione nya Febri dibawa pak SPV.
Rencana awal yang berniat berangkat pukul 07.30, akhirnya molor karena dengan rasa solidaritas yang tinggi, kamipun memilih menanti Bayu, salah satu karyawan Indosat yang sudah menjadi bagian keluarga besar Kantor Boyolali secara ia adalah perwakilan Indosat untuk cluster Boyolali. Terdengar beberapa suara temen-temen cowok yang merasa kelaparan karena belum sarapan, akhirnya Mas Fuad, sang SPV pun bergerak lebih dulu mencari warung disekitar Karanganyar sekaligus menemui dua rekan kami yang menununggu di daerah Palur. Sekitar pukul 09.30, Bayu akhirnya datang.. dan kami pun mulai berangkat. Baru sampai di Sriwedari, Anna salah satu temanku menghubungiku dan mengatakan kalau motor Bayu bannya bocor dan baru ditambal.. hemmm, padahal sebelum berangkat Febri sudah sempat ngobrol sama aku perihal siapa ntr yang motornya bakal bocor dijalan, ehh.. kejadian juga. Aku+Febri, dan 2 motor lain memilih tetap melanjutkan perjalana toh kami masih akan berhenti di warung nanti, dari pada mesti menunggu dan menunggu, namun ternyata salah satu temenku, Ersad yang agak kipink...(haaaaaa....), ia dikerjain sama Robin suruh nunggu karena Robin bilang ngga tau jalan ke Karanganyar, dan parahnya Ersad itu percaya aja.. yeah, alhasil malah pada ilang kagak tau rimbanya. Aku tetap saja melanjutkan perjalanan menuju ke sebuah warung Soto di Jaten setelah dihubungi mas Fuad. Tak berapa lama kami pun sampai disana, mas Fuad dan 2 rekan kami yang lain sudah selesai makan, kini giliran kami yang bergantian makan sambil menunggu Ersad+Sokin, Anna+Robin, dan Bayu+Asna. Saat kami selesai, giiran Ersad dkk datang... kami pun masih harus menunggu mereka makan...hahaaaa,, selesai sekitar pukul 10.20, dan perjalanan kami menuju Kemuning pun baru dimulai..... Beramai ramai kami melaju melintas Karanganyar kota hingga menuju ke Karangpandan, sayangnya ketika kami mulai sampai atas, gerimis mulai mengguyur, aku pastikan di Kemuning akan semakin deras,,dan sampai sana kami pasti hanya bisa menikmati hujan..wwkkk...
Yeah, kami pun sampai di tikungan arah Kemuning-Candi Cetho...gerimis ringan masih bisa kami terjang..semakin naik.. jalan semakin sempit dan licin, nampaknya hujan deras baru saja mengguyur daerah ini.. semakin keatas, memang hujan tidak lagi menetes, namun kabut tebal semakin menyelimuti dan kami hanya memiliki jarak pandang sekitar 3 meter didepan kami. Bahkan kami sudah tak mampu lagi melihat keindahan kebun Teh yang semestinya menghibur kami dikanan kiri perjalanan, namun kali ini hanya putih kabut yang sangat tebal yang nampak dikanan kiri kami...haaaa, beberapa kali Febri sempat berkata... “bukan wisata kemuning tapi kemabut (penuh kabut).. trusss mana nichhhh kebun teh nya ngga keliatannnnn”...
Kami sempat berhenti sejenak di tikungan arah candi Cetho, lalu melanjutkan perjalanan mendaki jalan yang tinggi curam menuju ke Candi Cetho dalam kondisi kabut yang semakin teballll.... Untung saja La Spacy ku masih bisa kuat naik sampai atas meskipun dengan kekuatan yang ektra superrrrrr...heheeeee... Febri hampir saja menyerah karena motor ku sudah susah di gas lagi.. tapi akhirnya kami pun sampai juga di parkiran Candi Cetho. 
Baru menginjakkan kaki disana, tiba-tiba gerimis mulai datang.. kami yang berniat berfoto bersama di anak tangga pintu masuk Candi pun jadi gagal total dan saling berlari mencari tempat berteduh. Entah mengapa, meskipun sebelumnya aku sudah sempa sarapand an mampir makan soto, rasanya hawa dingin membuat perutku menjadi lapar...padahal aku sudah tak bawa bekal makanan lagi, alhasil aku pun mengambil beberapa makanan ringan yang dibawa oleh  Anna dan Asna..wkwkkk !!!! setelah berteuh sejenak, kami melanjutkan perjalanan naik ke trap demi trap dan berteduh lagi disebuah pelataran joglo.. sampai disana,,,kami bersenda gurau sejenak sambil menunggu hujan reda.
Aksi kak Sartono yang lucu seperti Ultraman Taro
Setelah dirasa hujan mulai reda, kami pun naik ke trap yang palng atas dan menghabiskan waktu untuk berfoto bersama-sama hingga hampir mati gaya, untung saja salah satu temanku yang bernama Akrom membawa kamera plus tripot nya sehingga kami bisa berfoto semuaaaa... karena sebelumnya sudah banyak aku jelaskan tentang Candi Cetho ini dari postnganku sebelumnya, maka kali ini aku lebih cenderung bercerita tentang kekonyolan kami yang berada dicandi ini, bahkan ketika aku tengah asyik berfoto dengan Pak SPV, justru dibelakangku, mas Sartono or Sartini ini malah asyik berpose layaknya Ultarman yang siap beraksi melibas musuhnya.. selain itu, banyak lagi kejadian-kejadian lain seperti hebohnya beberapa temanku saat aku tunjukkan salah satu arca kecil yang berbentuk alat kelamin pria..wwkkkkkk.... saking pada hebohnya, salah satu wisatawan dari rombongan lain ikut penasaran pula.. 
Kami kemudian memutuskan untuk beranjak turun dan meanjutkan perjalanan lagi, pak SPV berharap masih bisa menuju ke lokasi air terjun Jumog, tapi beberapa peserta sepertanya engan, selain itu, baru saja kami sampai di pelataran pintu masuk, hujan deras kembali datang.. dingin pun kembali menusuk kulit dan tulang tulang ku menjadi kaku.. aroma bakso bakar semakin menggodakau, akhirnya aku pun mampir sejenak dan membeli 5 tusuk, syukur-syukur ditraktir sama mas Bayu, sesampai diparkiran, aku bagi-bagikan bakso bakarnya dengan 6 orang lainnya yang ada disana. 
Kami pun bercengkrama dan bercanda di tempat parkir sambil melihat beberapa foto yang telah kami ambil selama diatas tadi. Sembari menunggu hujan reda dan teman-teman lain yang minum kopi di warung lain, kami bertuju yang terdiri dari 4 cewek plus Heri, Danang, dan Vicky kemudian memutuskan mencari minuman hangat di warung depan parkiran. Berhubung cofimix habis, aku pun memilih menu White Coffie, dan baru kali ini aku minum yang namanya White Coffie..aku pikir warnanya putih seperti namanya...Ndesoo banget sich gue... haaaa, ternyata tetep coklat layaknya coffie susu or coffiemix (White coffie mengingatkan ku pada ak korwil ICI Solo..haaaa). Eh baru saja White Coffie terhidang dimeja, rombongan yang tadi di warung lain datang dan mengajak melanjutkan perjalanan, weeeeeee... padahal hujan semakin deras turun disertai dengan geluduk, namun kemudian mulai mereda lagi, dan kami pun beranjak dari tempat untuk melanjutkan perjalanan lagi. 
Awalanya Febri minta aku yang didepan bawa motor, yeach dari pada aku mboncengin dan beresiko nyawa orang mending aku motoran sendiri dan Febri aku suruh numpang  Pak SPV aja (yeachh,,udah berharap nich bisa motoran sendiri... tapi mas Fuad ngga izinin..hahaaaa, ngga jadi dech bawa motor sendiri). Kali ini medan jalan semakin mengerikan, selain masih berkabut dan hujan, jalan yang didomisili dengan turunan curam cukup sulit ditempuh. Aku sudah mencoba menyeimbangkan posisi duduk agar tidak merengsek kedepan,, tapi tetep saja tiap aku mundur.. lagi-lagi melorot kedepan dan beban motor semakin berat didepan. Jarak pandang pun juga sangat minim sekali, seolah bener-benar kami ngga tau apa yang ada didepan kami sekalipun itu jurang atau tikungan, layaknya berada didunia lain yang ngga kami kenal.. bahkan Heri sempat menyinggung soal jalan menuju akhirat yang bakal lebih menyeramkan dari ini.  Jalan mulai stabil setelah sampai ditikungan arah pulang, sudah tak securam jalan Candi Cetho. Kali ini Mas Fuad berada di paling depan, saat melewati papan nama Resto Kemuning, Akom menhentikan langkah motor kami dan meminta untuk singgah makan di resto tersebut, mas Fuad dan aku yang sudah melewatinya kahirnya berbalik arah dan masuk ke lokasi tersebut.
Resto Kemuning nampak ramai, dsebuah resto ditengah kebun teh, dimana dikelilingi oleh hijaunya tanaman teh. Resto ini terdiri dari beberapa ruang rapat dan tempat pemancingans eperti layaknya di Pengging atau di Janti, menu yang disediakan juga tidak jauh beda, seperti Kakap-Nila-Lele baik diolah bakar, goreng, asam manis dsb, harganya juga menurutku tidak terlalu wah, masih standar harga pada umumnya. Setelah kami memarkiakan motor, aku dan mb Fafa mencari tempat untuk makan dan memilih menu makanan, sedangkan yang lain sholat, namun entah kenapa rasanya menunggu yang lain tidak segera datang, ehhhhh ternyata mereka pada asyik bermain ATV ditengah guyuran hujan rintik rintik. 
Daripada kelamaan, aku memutuskan sendiri menu apa yang hendak kami pilih, tentunya dengan disesuaikan dengan sisa budgetnya. Aku pun memutuskan memilih menu Lele Bakar dan Nila asam manis. Sudah aku tebak sebelumnya kalau pasti bakal lama menanti, dan benar sekali.. kami sudah semakin kedinginan dan kelaparan tapi hidangan tak kunjung datang, baru sekitar pukul 15.00 makanan baru tersaji dimeja setelah kami menungu sekitar 1 jam... suasana pun kemudian menjadi ramai sperti layaknya orang pengungsian yang mendapatkan kiriman makanan,,wkwkkkk.... 
tak berhenti sampai disitu, ketika kami makan pun, aksi berfoto ria tak lepas dari agenda kami... hingga selesai makan, kami masih saja berfoto bersama, sayangnya tempat yang kami pilih tidak ada penerangan lampunya sehingga saat mengambil foto harus memakai blits dan hasilnya kurang memuaskan, kalau tidak begitu, kamera mesti disetting auto fokus, ddengan syarat kami ngga boleh bergerak karena bergerak sedikit saja, gambar foto akan kabur... (kayaknya emang dasar si fotograper nya ngga profesional kaliii ya,,,wkwkkkkk.,,,,Peace Akromm J ).
Selasai berfoto, aku kemudian ke kasir untuk membayar, agak terkejut juga sich ternyata total pengeluarannya tidak sebanyak yang sebelumnya aku prediksikan.. ternyata jauhhh lebih murah dari apa yang aku bayangkan,,wow,,, sempet aku sampaikan ke mas Fuad, dan komentarnya tentus eperti biasa “Kok murahhh banget,,, besuk cari tempat makan yang lebih mahal lagi....” wkwkkkk, dasarrrrr SPV Lebay.....
Aku pikir setelah membayar, kami akan segera pulang, namun Anna dan beberapa orang lain masih mengajak berfoto bersama di tengah kebun teh, padahal saat itu gerimis mulai kembali turun. Pasca selesai berfoto layaknya model sawah-sawahan, mas Fuad mengajak bermain ATV lagi, dan kali ini aku pun ikut karena ATV nya boleh dipakai berbocengan. Satu kali sewa ATV Rp. 30.000,- dan mendapatkan 3 kal putaran. Kala itu mas Fuad tandem bersama Ersad, aku bersama Mas Bayu, lucu juga dech, karena mas Bayu masih susah mengendalikan ATV nya. Sedangkan mas Fuad sudah nampak ahli dan justru Ersad dibuat takut sampai teriak-teriak minta turun. Putaran kedua aku turun, diputaran ke tiga aku gantian tandem sama mas Fuad... hemmmmmmm, sumpah tuch orang bener-bener awut awutan naiknya, mana tiap ada kubangan air, ATVnya di gasss poolll, airnya kan otomatis bikin kotor celanaku... wahhh turun dari ATV sudah layaknya orang habis kecebur got.. kotor semua celanaku kena air  lumpur. Kelar berATV, kmai melanjutkan perjalanan pulang, untung saja sudah tidak hujan...
Kami kembali melalui jalan yang sama dengan arah jalan berangkat, ketika hampir sampai di simpang lima mojogedang, kami berhenti sejenak di pinggir jalan, tepatnya di pinggir penjaja Durian, sembari melepas mantol, kami pun menikmati Durian terlebih dulu setelah mas Duad sepakat dengan harganya. 5 Durian dibrandol dengan harga Rp. 20.000,- kami buka di tempat dan kami makan rame-rame. Duriannya legit sebenarnya, rasanya juga manis dan keras, tapi sayangnya dagingnya sangat tipis, lebih tebal isinya.. jadi kurang mak nyusss. Beberapa yang lain membeli Durian untuk dibawa pulang, namun tidak begitu dengan aku, pasca nyeri yang mendera perutku sejak oprasi usus buntu setahun lalu, rasanya aku agak kwatir kalau terlalu banyak makan buah Durian, kemarin saja ngga nyadar karena makan berebutan, ternayta aku sudah makan sekitar 5 biji durian, itupun perutku rasanya mulai kembung dan berhasrat pingin kentut..wwkkkkk....
Setelah puas makan bersama, kami melanjutkan perjalanan pulang, karena sudah tak ada tujuan lain, kami kemudian pulang masing-masing dan sudah tak berbondong-bondong lagi. Sekitar pk. 17.30 aku dan Febri baru sampai di Palur, kemudian ketika sampai di jembatan Jurug, Heri mengajak untuk lewat pasar Gede sambil liatv Lampion Imlek. Aku pun ngkut saja, sampai dijembatan pasar Gede, ternyata lampion belum nyala, tapi kemi memutuskan untuk berhenti sejenak, baru saja kami berhenti, rombongan Bayu+Asna dan Robin+Anna (yang sekarang jadi bahan olok-olokan dan saling di maxcomblangin) datang juga dan ikut berhenti... tak berapa lama, lampu lampionpun menyala..hahaa, dasar kayak orang kampung yang ngga pernah liat lampu, kami cewek-cewek pun heboh foto2 dengan view pemandangan lampu lampion, eitttt tapi jangan salah.... ngga cuman kami lho yang nongkrong disana, masih ada puluhan orang lain tersebar disetiap tepi jalan hanya untuk sekedar berpose disekitar lampion atau hanya sekedar nongkrong doank... karena sudah pukul 18.15 an, kami melanjutkan perjalanan pulang. Ketika sampai di depan pasar Klewer, 3 motor lain berhenti memilih untuk berhenti untuk sholat Maghrib disebuah masjid didepan pasar Klewer, namun karena aku tau Febri udah sangat capek, begitu juga aku, lagian celanaku juga kotor sekali, ngga mungkin juga sholat dalam kondisi celana penuh lumpur. Kami pun memutuskan untuk langsung kembali ke rumah Robin mengambil motor Febri dan pulang. Hemm, sepanjang perjalanan dari Purwosari sampai Gumpang, aku hanya fokus pada HP dan ber whatspan dengan beberapa rekan dari ICI yang saat itu juga sedang otw pulang dari Pekalongan. Ketika sampai disekitar barat Gumpang, aku dan Febri sama-sama blank, seperti ngga ngenalin udah sampai daerah mana,,,mungkin karena capeknya jadi ngga fokus, bahkan aku mesti mikir agak lama, jangan-jangan rumah Robin sudah terlewa, tapi ternyata belum.. sesampainya dirumah Robin, sudah ada Ersad, Sokin , Mas Bowo dan Ekshan yang menanti. Aku tak perlu menunggu lama, karena sudah capekkkk aku pun kemudian pulang.  Dan berakhirlah touring kaliii ini dengan capekkkkkk tapi senanggggggggggggggg...
With my Patner

#Forza Inter Milan 1908#

Monday, February 17, 2014

Jejak Petualang : Sweet Journey to PACITAN



Rasanya sudah lamammmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmma sekali dech ngga merhatiin isi my  blog gara-gara asyik dengan kesibukan baru plus karena badan emang lagi kagak fits 100%. Yeah, sebenernya kemarin pingin banget lagsung update my story karena aku punya beberapa kisah dari perjalanan keren yang sudah seminggu kemarin berlalu, yaaaa… tapi karena kesibukan baru yang jauh dari aktivitas kantor biasanya, jadi agak keteteran juga. Sebelum kecerita inti, aku pingin kasih tau dulu nich, kemarin-kemarin kan aku sempet banget bosen sama jobdesk dan kerjaan sebagai admin, so akhinya nekat pengajuan mutasi ke jabatan lain, yaitu CS, tapi karena ngga di ACC dengan alasan yang ngga perlu aku sebutkan, akhirnya aku mencoba bertahan di jabatan lama, cuman aku minta sama SPV ku untuk merubah posisi/ meja kerja ku, alhasil…yang biasannya aku standby di lantai 2, kini berada di lantai satu dan suasana baru pun aku temukan, coz selain dilantai satu itu ngga sumpek, ngga gerah, ngga panas, ngga gelap, di sini aku plus bisa cuci mata dan bisa bantu bantu kerjaan CS.. jadi ngga monoton sama kerjaan admin yang kadang suka kadang duka.
Wellll, cerita curhat curhatannya udah aja….. saatnya mulai bercerita tentang perjalanan panjang menuju kota 1001 gua, Pacitan. Setelah sebelum sebelumnya punya rencana piknik ke tanah Pacitan ini selalu gatot alias gagal totat, akhirnya tanggal 31 januari kemarin, tepat disaat libur hari raya Imlek, aku dan koko telah siap membuat sebilah rencana itu menjadi kenyataan.
View Perjalanan
Aku dan koko berangkat dari Boyolali sekitar pukul 9 kurang 10 menit, jalur yang kami ambil adalah dari Delanggu menuju Cawas (sebenenarnya aku buta sama jalur ini, karena emang belum pernah tau lokasinya, tapi koko nekad pingin nyoba, katanya lebih singkat.. ), alhasail kami hanya muter-muter jalan karena ragu sama jalur mana yang harus kami ambil, padahal tuch koko udah bawa peta hasil ia ngeprint di googlemap. So, nyerah juga dan kami memilih jalur Sokoharjo dan lewat Wonogiri kota (Badalahhhhh…. Dari kemarin juga aku udah bilang lewat Wonogiri aje, susah bener…hahaaaa). Dari Wonogiri kota, kami memilih akses menuju waduk Gajah mungkur hingga tembus ke Pracimantoro-Giritontro dan sampailah pada jalan tembus menuju ke Pacitan. Perjalanan emang terasa jauh, namun tidak membosankan layaknya ke Wonosobo, jalan yang kami lalui tidak selamanya mulus, banyak jalan-jalan yang berlubang dan ukuran jalan yang relatif sempit serta medan yang agak susah dilalui, kanan kiri pemandangan kami dihibur dengan gunung dan hutan hijau, hal ini lah yang membuat aku justru tertarik dan tidak terasa kantuk sama sekali. Bermodal papan petunjuk arah, kami sampai kesebuah jalan tikungan yang menunjukkan arah Goa Gong dan pantai Klayar.  Berhubung hari itu adalah Jumat dan sudah menginjak waktu Sholat Jumat, akhirnya kami berhenti disebuah masjid dipinggir jalan, sesat kemudian masjid itu ramai dengan para jamaahnya yang kebanyakan juga berasal dari orang orang wisatawan, uniknya salah satu wisatawan yang ikut rombongan touring adalah temenku SMP dari Boyolali, ya Allah, jauh jauh sampai di Jawa Timur, ketemunya orang Boyolali juga.
Pemandangan pantai Klayar dari atas
Selesai Jumatan, aku dan koko melanjutkan perjalanan ke Pantai Klayar, kurang lebih masih sekitar 13 km lagi, namun menurutku agak lebih dech. Akses jalannya setelah sampai di simpang empat Goa Gong sangat sulit untuk dilalui, jalan yang diaspal cuman selebar 3 meter, kanan kirinya di hiasai gunung kapur dan lembah. Selama perjalanan aku memperhatikan tidak ada bus yang bisa melintas di jalan ini, so..untuk para wisatan yang memakai bus pariwisata harus rela transit di Goa Gong dahulu dan berganti metromini yang sudah ada disana sebagai sarana trasportasi karena memang medannya sangat rumit. Perjalanan yang lagi lagi nampak tanpa ujung, namun kali ini banyak kami temui metromini atau kendaran-kendaraan berlalu lalang, hingga sampailah kami disebuah loket lokasi pantai Klayar yang hanya Rp. 7000,-. Dari atas sudah nampak jelas pantai nan ndah dan masih terlihat virgin dan alami, dari kejauhan nampak seperti di Miami… wwkkkkk!! Maaf Saiya agak lebay dikit nich,,,  hehe. Pantai ini terletak di desa Kalak, kecamatan Doonorojo, Kabupaten Pacitan.
Pemandangan Pantai Klayar
Sesampai di tempat parkir, menyiapkan diri, dan kami pun turun ke pantai dan mendekat ke air. Pasir pantai Klayar berupa pasir putih berstruktur kasar, disekitar pantai belum banyak penjual yang menjajakan makanan, jadi masih terlihat indah dan alami, ditambah dengan karang besar yang mengelilingi sekitar pantai… benar-benar perjalanan panjang terbayar dengan sebuah keindahan. 
Disana juga disediakan persewaan ATV yang berminat hendak berkeliling pantai dengan berATV ria, tapi karena aku ngga bisa, jadi ya memilih jalan jalan sambil berfoto sampai mati gaya. Disebalah kiri pantai terdapat sebuah karang besar yang mana para pengunjung bisa naik keatas dengan izin penjaga pantai, kami hanya dipungut biaya seikhlasnya saja. 
Sayangnya saat itu ombak sedang berada dalam kondisi hati-hati, jadi sesekali kami harus berhati hati ketika ombak besar datang dan menghantam karang karena bisa jadi airnya sampai di atas karang, sempat ketika kami naik diatas karang, ombak besar datang, dan kami dihimbau naik ke atas karang yang lebih tinggi, seruuu sich, tapi koko ku jadi takut gitu.. trus ngajakin balek ke pinggir pantai.. huft, padahal kan seruuuu. 
Karena ombak yang sesekali begitu besar, kami yang duduk duduk di batu agak jauh dari air, sempat terserang deburan ombak, celana ku bener-benar basah, untung saja tas dan kamera masih aman. Beberapa pemandangan yang bisa dinikmati di pantai Klayar ini diantaranya; arang raksasa mirip Sphinx di Mesir, Seruling Laut, Air Mancur alami, dan batu karang indah. Ada dua karang tinggi setinggi pohon kelapa dan menjadi ikon favorit wisatawan. Letaknya ada di sisi timur. Di balik karang ini, masih banyak lagi terdapat karang yang tak lelah diterjang ombak Laut Selatan. Dan diantara karang-karang itu, terdapat karang raksasa yang mirip Tanah Lot. Ada juga sungai-sungai kecil yang bermuara di Pantai Klayar yang berupa air tawar. Sungai dangkal bisa dilewati dengan jalan kaki. Kedalamannya ada yang sepaha orang dewasa di beberapa titik.
Setelah nyaris sekiktar 1,5 jam di Pantai Klayar, kami pun memutuskan untuk kembali ke kota dan mencari penginapan saja disana. Pukul 14.45 kami meninggalkan Pantai Klayar, dan sepertinya perjalanan kami akan sedikit terganggu karena info dari penjual somay, sekitar jam 15.00 akan ada rombongan menteri datang berkunjung, jelas saja saat akan pulang para petugas berseragam DLLAJL sudah standby mengamankan dan mengevakuasi tempat parkir, yap.. dan benar..kami pun berpapasan ditengah perjalanan dengan rombongan mobil pejabat itu, sumpahhhhh…. Ada 20an mobil kayaknya dech.. huft.. setelah rombongan itu berlalu, kami baru bisa melanjutkan perjalanan, melewati goa Gong yang rencananya akan kami sambangi besuk sembari pulang.
Sekitar pukul 16.00 kami sampai di Pacitan kota, kami keliling keliling dari satu hotel ke hotel lain, namun semua sudah penuh, jika ada pun tinggal yang single or yang vip. Kami bahkan berkeliling hingga ke daerah dekat pantai Teleng Ria, melewati kediaman rumah Bapak SBY juga. 
Tuch looking... kediaman rumah SBY
Karena tak kunjung dapat hotel, kami berbalik arah lagi ke pusat kota, hotel Srikandi juga penuh, kami mencoba ke hotel sebelahnya, bernama Bali Asri, dan untunglah masih masih ada kamar kosong dan kami pun mendapatkan penginapan. Kami rehat sejenak, kemudian keluar lagi mencari makan (tentu saja nasi padang yang standar dan menunya sudah kami hafal), kebetulan banget pas sampai di kota Pacitan, signyal kartu Isat diHP ku dan HP koko ku menghilang, daripada berasa di dunia lain, aku pun membeli kartu merah sekedar untuk mengaktfkan whataps dan bbm ku saja, jadi masih bisa berkomunikasi, eh bener..saat di counter ternyata emang sinyal isat lagi galau….hehee. Selesai berbelanja.. kami back to hotel lalu mandi, sholat Maghrib lalu makan dan istirahat. Rencananya malam pingin jalan jalan sekitar alun alun Pacitan, tapi malah hujan turun, batal dech, akhirnya cuman tiduran didalam kamar hotel hingga pagi menjelang.
Pacitan, 1 Februari 2014….
Nampang di depan hotel dan taman kota Pacitan
Mengawali bulan Februari kali ini dengan agenda jalan jalan yang masih berlanjut, sebenarnya pingin banget jalan-jalan dipagi hari, tapi ternyata lelah dan kantuk masih saja membuat kami malas beranjak dari tempat tidur, sekitar pukul 6 pagi aku memutuskan untuk segera mandi, disusul kemudian koko lalu kami pun hunting sarapan, namun karena masih pagi dan bingung mau beli makanan apa,, so kami memutuskan untuk mengunjungi pantai Teleng Ria dulu saja, selagi masih pagi..sepertinya masih sepi dan masih bisa bebas menikmati pemandangannya. Sebelum melaju ke arah pantai, aku meminta koko melewati alun-alun Pacitan dan sejenak mengabadikan foto ditaman kota itu, setelah puas… meluncurlah kami ke Pantai Teleng Ria yang hanya sekitar 5 menit dari pusat kota.
Memasuki halaman depan pantai, kami diwajibkan membayar retribusi sebesar Rp. 5000,-/orang serta Rp.2000,- untuk parkir motor. Benarrrr… suasana pantai masih sepiiiiiiiiiiiiiiii, sayangnya…. Pemandangannya tak seperti yang aku bayangkan. Pantai ini nampak tenang, entah apa mungkin karena masih pagi… tapi mungkin juga karena tempatnya landai, tanpa ada karang seperti di pantai Klayar.
Pemandangannya juga standar pemandangan pantai pada umunya, bagiku tidak nampak wahhhh… bahkan ditepian pantai banyak kotoran sampah yang berserakan, tapi bagaimanapun juga.. deburan ombak dan pemadangan hijau dari dataran tinggi disekitarnya masih memberikan nilai tambah untuk pantai satu ini, bagaimanapun..sulit menemukan pantai yang berada dekat dengan pusatr kota..seandainya saja lebih dilengkapi dengan fasilitas yang memadai, mungkin jauh lebih kereennn.. Oiya, pantai Teleng Ria ini juga terkenal karena banyak nelayan yang mencari ikan disana, bahkan nampak ada dermaga juga di ujung barat pantai. 
Ombak di Pantai ini memang tidak terlalu besar, maka aman untuk berenang, bahkan ada beberapa orang yang hoby surfing bisa bermain surfing disini, bahkan ketika aku disana, ada dua orang pemuda yang tengah berlatih bermain surfing. Semakin siang, pengunjung mulai ramai, bahkan ketika kami hendak pulang, pantai sudah dipenuhi rombongan anak-anak SMK yang tengah bergotong royong, sepertinya mencari bahan bahan buangan yang bisa didaur ulang. Selain itu, di pantai ini juga banyak penjaja ikan goreng hasil tangkapan para nelayan, pantas saja sebelumnya temanku pernah bercerita kalau di pantai ini kurang nyaman, karena agak berbau Amis.. untung saja kami datang dipagi hari.
Setelah puas berfoto ria di pantai kota ini, kami pun kembali ke pusat kota, berharap menemukan warung nasi Lodo, tapi ternyata tidak ada, dan lagi lagi.. untuk sarapan kami pun singgah di warung Padang yang sama, bedanya kali ini kami memilih makan ditempat sebelum kemudian kembali ke hotel
Sekitar pukul 10.00, kami memutuskan untuk cek out dari hotel dan menuju ke perjalanan terakhir kami di kota Pacitan ini, yaitu ke Goa Gong. Kami mampir dulu sejenak di pusat oleh oleh dan membeli beberapa makanan ringan untuk dibawa pulang. Setelah dirasa cukup, perjalanan panjang pun kami lanjutkan. Kali ini kami memilih melewati jalur yang berbeda dari ketika kami berangkat, ternyata jalur yang kami ambil adalah jalur bus, pemandangan yang bisa kami lihat hanyalah lemah dan tebing serta hitan jati, ngeri juga sich..karena meskipun jalannya sudah bagus, tapi tetap saja sepi.. bahkan sempat ketika melewati tikungan, aku merasa ada bau bangkai yang sangat menyengat.. pikiran udah ngga karuan aja tuch, bisa saja kan ada orang jatuh ngga ketauan trus jasadnya membusuk, sapa yang tau…. Heeeeeeeee. Jalan yang kami lalui cukup panjang, hingga akhirnya sampailah kami didaerah pemukiman penduduk dan bertemulah dengan jalan menuju ke arah Goa Gong.
Kami sampai di Goa Gong sekitar pukul 11.00, lokasi Goa Gong tidak terlalu sulit dijangkau, motor kami masih bisa naik ke parkiran atas. Lokasi Goa Gong terletk di Desa Bomo, Kecamatan Punung, Donorejo. Untuk retribusi kami dikenai biaya Rp.5000,-/orang dan Rp.1000,- untuk sepeda motor. Jika ingin melihat keindahan alam di bawah tanah, maka kami harus rela jalan naik terlebih dahulu, tidak terlalu jauh sebenarnya, mungkin hanya sekitar 100 meter saja hingga sampai didepan mulut Goa. Kami masuk bersama dengan beberapa rombongan, huft..selain gelap…di dalam juga panass sekali, lebih lebih banyak banget orang yang masuk dan keluar.. melihat pemandangan stalagtit dan stalagmit… hemmmmm…Subhanallah… keren sangat. Jujur saja, baru kali ini aku masuk kesebuah objek wisata berupa Goa. 
Kami pun menyusuri Goa dengan perlahan, karena koko juuga mesti bawa tas yang lumayan berat (hemm… harusnya di tempat obyek wisata iotu ada loker khusus penitipan barang bawaan), setelah puas berkeliling dan berfoto, kami memutuskan segera untuk keluar dari goa karena terlalu panas dan sesak dengan wisatwan. Aku sendiri bahkan karena terlalu asyik ngikuti jalan, sampe nga tau bagian mana sing yang disebut Gong didalam Goa ini, tapi menurut cerita, goa ini disebut Gong karena ada beberpa bagian pilar atau stalagtit dan stalagmit nya jika dipukul akan mengeluarkan bunyi gema seperti layaknya Gong, sayangnya kemarin aku nga sempat membuktikan teori itu…hahaaa (keasyikan foto foto sampai mati gaya). 
Di dalam goa ini terbagi beberapa ruangan yg menyajikan keaneragaman batuan yg sangat patut di kagumi, mulai dari batu marmer yg bisa tembus cahaya dan di klaim sebagai batu marmer terbesar dan terindah di asia. Menjulang bagai pilar2 menyangga langit goa agar tidah rubuh. Ada juga stalagtit & stalagmit yg bersatu membentuk sebuah batuan lurus menjulang. 
Goa ini juga sudah dilengkapi dengan lampu hias sebagai penerangan dan beberapa kipas angin sehinga goa nampak lebih terang dan sejuk. Didalam Goa terdapat sendang kecil atau sejenis mata air yang dipercaya memiliki kekuatan magis, seperti dianggap sebagai tolak bala, pelancar rejeki dan awet muda. Tapi semua itu kembali kepada pribadi masing masing saja..hehee
Keluar dari Goa, kami istirahat sebentar di depan parkiran sambil minum satu buah es Degan, kagtnya saat membayar,, satu Kelapa Muda hijau yang kami pesan hanya di bandrol dengan harga Rp. 6000,- Busetttttt….. murah bener, lagian ini di tempat wisata… di Boyolali aja udah nyampe Rp. 7000,- lho.. hemmmm..
Merasa cukup untuk istirahat, kami pun melanjutkan perjalanan pulang melewati jalur yang sama dengan jalur keberangkatan. Wonogiri-Sukoharjo-Soba-Kartasura-dan sampailah di Banyudono, Boyolali sekitar pukul 15.00. hemm, capekkk?? Sepertinya belum terasa capeknya, karena aku cukup puasssss banget dengan perjalan indah 2 hari ke kota Pacitan ini…. Dan aku harus menyiapkan energi baru lagi untuk melanjutkan touring keesokan harinya, Minggu 2 Februari 2014, dengan tujuan Kemuning Karanganyar, bersama rekan-rekan kantor Nusapro Boyolali, karena koko capek, so rencananya aku mau bawa motor sendiri…
Semangt… See Yaaaa di cerita Kemuning Again….


#Forza Inter Milan 1908#