Friday, May 2, 2014

PUPUS : Bertepuk Sebelah Tangan

Dear Mr. X

Mr,....Pernahkah anda jatuh cinta?? Pernahkah  Anda menyayangi-nya hingga anda terkadang sulit untuk meninggalkannya? Pernahkah anda merasa tidak nyaman ketika belum bisa memenuhi permintaan dari yang  anda sayangi itu? Pernahkah anda sangat merasa bertanggung jawab, ketika terjadi sesuatu dengan yang anda cintai?  Pernahkah anda sangat merindukannya ketika lama tak bersua? Pernahkah anda merasa sangat khawatir kepadanya bahkan sering terbawa difikiran ketika ada something trouble yang terjadi padanya? Dan pernahkah anda merasakan patah hati…ketika semua rasa sayang yang anda berikan ternyata bertepuk sebelah tangan????
Kalau anda menyatakan belum pernah mengalaminya, atau bahkan tidak pernah mengalami.. hemmmm mungkin benar jika saat ini hati anda sedang tidak peka dengan rasa kecewa, akhirnya Anda pun tak mengerti kalau disekitar anda banyak yang tengah terluka…… Jika sekali saja Anda pernah mengalaminya, pastinya anda bisa mengerti apa yang kini sedang saya rasakan..
Seperti layaknya sebuah theme song dari salah satu iklan provider yang sempat menyentuh naluri saya berikut ini :

Aku tak mengerti apa yang kurasa…Rindu yang tak pernah begitu hebatnya..
Aku mencintaimu, lebih dari yang kau tahu..
………………………………..
Baru kusadari cintaku bertepuk sebelah tangan..
Kau buat remukkk, seluruh hatiku..

Seperti itulah mungkin perasaan yang kini tengah saya rasakan, sebersit rasa kekecewaan yang mendalam ketika sebuah rasa sayang, cinta, dan perhatian yang sepenuhnya telah saya berikan ternyata tak terbalas sesuai dengan harapan.
Eittt….. jangan salah sangka, Kali ini saya tidak berbicara mengenai masalah hubungan hati dua sejoli, tapi tentang hubungan sayang yang saya rasakan antara saya terhadap sebuah wadah tempat dimana selama 3 tahun terakhir ini menjadi sumber mata pencaharian saya.
Jujur, Betapa kesalnya saya dibeberapa hari terakhir ini karena sebuah kenyataan yang jauh dari angan-angan, kesal  ketika pengabdian saya nampaknya tak berbalas sesuai dengan semestinya, bahkan sebuah janji janji itu hanya memberikan harapan kosong yang belum ada realitanya hingga kini.
Entah kepada siapa curhatan ini akan tersampaikan, ingin sekali uneg uneg dan rasa kecewa ini saya kiirmkan kepada para dewan yang duduk di kursi atasan, tapi rasanya bukan kapasitas saya untuk melakukan protes secara individual kepada sang juragan, saya hanya bisa  berharap penuh kepada pihak yang lebih berkompeten untuk bisa menyampaikan luka karena kecewa yang saya rasakan ini. Mungkin dengan sedikit mencurahkan perasaan di sini, perasaan jengkel dan kecewa akan sedikit terobati.
Bermula ketika sebuah asa terbentang dihadapan kami, para pekerja yang sudah haus dengan peningkatan kesejahteraan, harapan itu terpampang dan seolah menjadi penantian dipenghujung bulan, harap harap cemas menanti datangnya hak kami, sehari dua hari penantian itu belum juga berbuah hasil, hingga akhirnya tepat di tangal terakhir bulan April, apa yang kami nanti datang juga, sejuta simpul senyum tersimpul dibibir kami, namun ketika sebuah angka itu tak menunjukkan perubahan seperti janji yang sempat diutarakan, senyum kamipun menghilang lenyap ditelan kekecewaan.  Yach… harapan itu seperti hanyalah sebuah janji palsu yang hanya bisa membuat kami terdiam membisu…
Terkesan sedikit berlebihan ketika saya kemudian mengkiaskan kondisi yang saya rasakan ini bagaikan cinta yang tak terbalaskan, seperti halnya lirik lagu Pupus yang sempat terkenal di era-nya Dewa versi Once, yach… nyaris seperti itulah mungkin rasa kecewa dan sedih yang tengah saya rasakan, mungkinn tidak hanya saya, tapi kami… Setidaknya secuil goresan kata demi kata ini bisa menjadi perwakilan aspirasi perasaan kami yang tengah dilukai oleh sebuah kebijakan yang nampaknya tidak mengindahkan kami selayaknya tugas dan tanggung jawab yang kami emban.
Saya, ya saya !!!… sebagai seorang pegawai yang telah bernaung di sebuah instansi ini hingga hampir 3 tahun, belum sekalipun mersa sekecewa ini, seberat apapun tanggung jawab yang harus saya laksanakan, itu sudah saya anggap sebagai konsekuensi dari pekerjaan yang memang sudah dipercayakan kepada saya, dan bukan menyombongkan diri, tetapi saya adalah tipe orang yang menjunjung tinggi sebuah tanggung jawab karena sedari kecil keluarga saya sudah mendidik saya untuk hidup dengan penuh bertanggung jawab, saya memang bukan pekerja keras, bukan pula orang yang cerdas, tapi setiap tugas dan tugas yang sudah dipercayakan kepada saya, akan tetap saya jalankan dengan sepenuh hati… mengeluh bukan tipe saya meskipun sebagai seorang manusia biasa, rasa bosan dan jenuh itu terkadang menghampiri saya.. namun kembali saya tekankan kepada kesungguhan dan rasa hormat saya kepada pekerjaan yang berada di pundak saya, saya pun kembali terus memberikan stimulus pada semangat kerja saya, hingga perlahan demi perlahan saya mulai mencintai pekerjaan saya dengan sepenuh hati, bahkan mungkin loyalitas tak terbatas pun layak disempatkan pada diri saya ketika dimanapun dan kapanpun, dalam kondisi apapun saya harus siap sedia menunaikan tugas sekalipun diluar jam kerja. Loyalitas layaknya sudah jadi harga mati tidak hanya untuk saya, tapi untuk saya dan rekan rekan kerjsa saya lainnya. Sedikit tak berlogika memang ketika saya merasa gusar saat ada tanggung jawab yang belum bisa saya selesaikan, namun kembali karena rasa sayang dan kepedulian, serta cinta yang saya dapatkan dari sebuah keluarga kecil yang terbentuk di instansi ini, saya merasa ada kekuatan magic  yang membuat Nothing menjadi Something….. Namun betapa menyakitkan ketika  sebuah totalitas yang saya berikan, rasa sayang, cinta, dan kesetian yang selama ini saya berikan hanya berbuah cinta yang bertepuk sebelah tangn berbalik menjadi Something to Nothing…… betapa mengenaskan ketika hak yang saya dapatkan jauh dari tanggung jawab yang dibebankan… kali ini bukan masalah berapa banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan, seberapa besar beban tanggung jawab yang mesti saya jalankan… tapi kembali pada sebuah prioritas penghargaan yang nampaknya tidak pernah datang,, bukan hanya untuk saya namun lebih untuk kami yang telah memberikan kontribusi sepenuh hati kepada istansi ini.
Mungkin inilah sebuah bentuk kekecewan yang mendalam, ketika tanggung jawab yang semakin bertumpuk tak diiringi dengan hak yang disesuaikan dengan aturan. Entah apa yang akan terjadi kedepan ketika kondisi yang semakin lama semakin berbanding terbalik ini tetep dipertahankan. Hanya sekedar berani berfikir lugas, ketika keberanian memperjuangkan hak itu tak dimulai dari diri sendiri, siapa yang akan memperjungkannya? Ketika kami hanya diam… sama saja dengan kami menerima kebijakan yang semakin lama semakin mencekik kami… Saya mencoba untuk membuka fikiran dan idiologi saya kalau nampaknya tak layak cinta dan kesetian yang saya miliki ini akan terus saya berikan kepada sesuatu yang nyata-nyata tidak peduli terhadap kesungguhan saya dalam menjalankan kewajiban dan tanggung jawab saya.
Andai saya saya berada pada posisi dan kapasitas yang tepat, ingin rasanya saya bertanya kepada mereka yang duduk dikursi kebijaksanaan, sudah bijakkah aturan yang selama ini berjalan? Kalau saja mereka mendengar dan sedikit menengok kebawah, tahukah mereka demi sesuap nasi kami rela ditempa panas nya matahari dan didera hujan yang bertubi-tubi? Lihatkah kami yang tak hanya bekerja untuk diri sendiri, tapi untuk menafkahi anak dan istri??
Kepada mereka yang duduk dikursi kebijaksanaan, saya berharap adanya secercah harapan dan balasan kasih sayang, entah sudah berapa puluh cinta yang kami berikan, bukan hanya sebagai wujud alasan suatu pekerjaan, tapi karena kami memang memiliik nurani dan perasaan, kami memiliki rasa cinta dengan sebuah kewajiban yang harus kami jalankan, namun ketika kewajiban itu tak selaras dengan penghargaan yang kami terima, semangat juang kami pun sekali lagi kembali dipadamkan !!! Bukan masalah berapa besar pundi-pundi pendapatan yang bisa kami kumpulkan, tapi hanya memohon sebuah keadilan dan keseimbangan, karena memang sudah menjadi hukum alam ketika satu sisi memberi, ada sisi lain yang menerima…. Ketika apa yang sudah kami kerjakan sesuai dengan aturan, maka tak salah adanya ketika kami meminta hak sesuai dengan apa yang telah kami jalankan.

Perjuangan memang belum berakhir…. saya hanya bisa berharap aspirasi kami didengar dan tersampaikan… terimakasih untuk seorang bapak yang sudah memperjuangkan hak kami !!! kami nanti hasilnya di episode berikutnya….


#coretan orang gusar...

4 comments: