Tuesday, September 3, 2013

Ngesrep City, Journey to the Borobudur-Parangtritis-Malioboro



Akhirnya setelah diniati, kesampaian juga membuat cerita tentang pengalaman touring (pinjem istilahnya saja yach..) yang pernah aku lakukan, baik itu bersama The Black Community (nama Geng ku  saat aku masih muda.. sekarang udah tua kayaknya dech), touring bersama rekan-rekankerja atau bahkan single touring bersama suami tercinta.
Pantai Parangtritis

Candi Borobudur







Untuk kesempatan kali ini aku hendak bercerita tentang perjalanan touringku bersama the Wangsit (WargaNgesrep City) dimana aku tinggal di kampong kecil ini sejak tahun 2002 silam. Touring yang berlangsung pada tanggal 15Maret 2013 ini merupakan Touring yang diadakan oleh kumpulan SatyaRemaja 83, yaitu sebuah organisasi pemuda-pemudi di kampong kecilku ini (Kesempatan kali ini Touring dijalankan dengan naik Bus bukan motoran). Tahun 2008-2009 itu adalah tahun dimana aku aktif jadi pengurus di organisasi tersebut, selain ketua remajanya yang bernama Ali Akbar adalah sahabatku sedari kecil, ditahun-tahun itu aku masih hoby banget bersosialisasi.
Rencana touring pun dirundingkan hingga benar-benar matang, bahkan tempat konfrensi rapat panitia kecil setiap sore-malam hari digelar dirumahku yang pada waktu itu tanpa sengaja menjadi basecame The Black Community. Rencan awal hendak menujuke Kyai Langgeng, namun karena dulu sudah pernah kesana, akhirnya beralih ke Borobudur, secara aku waktu berlum pernah menginjakkan kaki kesana, jadi agak semangat nich. Akhirnya, keputusan pun diambil, tujuan Touring adalah Borobudur-Parangtristis-Malioboro. Satu bus pariwisata bermuatan 40an orang kami pesan dari daerah Matesih Karanganyar. Snack dan 1x makan besar kami pesankan dari salah satu warga yang buka warung dikampung kami. Senang sekali rasanya karena antusias warga sangat tinggi untuk mengikuti kegiatanini. Pendanaan yang kami ambil dari tabungan kumpulan dan tambahan iuran Rp.35.0000/orang serta Rp.50.000 untuk luar anggota kumpulan ternyata cukup untuk menutup seluruh biaya touring kali ini.
Datanglah hari H yang dinanti, minggu pagi 15Maret 2009 seluruh peserta touring sudah harus siap berkumpul di barat desa pukul 06.00, bus sudah datang sekitar pukul 05.30 dan siap berangkat maz pkl. 06.30. Aku dan beberapa panita kecil lainnya yang sepakat memakai seragam “inglik” sudah siap mengatur para peserta touring. Aku yang satu-satunya panitia cewek tak mau kalah juga dengan rekan-rekanku yang lain, dimana mereka mewarnai rambut memakai “SASA” dengan beberapa warna  yang beda. Setelah seluruh peserta kami cek dan tidak ada satupun yang tertinggal, ketua panitia pun memberi aba-aba pada pengemudi bus untuk mulai berjalan tentunya setelah kami semua berdoa.
Narsis di Dalam Bus
Suasana Di Dalam Bus saat Berangkat
Tujuan pertama adalah Borobudur. Sudah menjadi kesepakatan sebelumnya, kalau misalkan kursi penumpang kurang, panitia harus siap untuk berdiri. Akhirnya aku, Ali, dan Bagus pun memutuskan untuk berdiri sepanjang perjalanan. Hanya dengan bersandar di sandaran kursi penumpang dan mengikuti perjalanan dengan riang gembira membuatku sama sekali tidak merasa kecapekan, bahkan berada dirombongan kursi paling belakang yang isinya remaja-remaja cowok justru semakin tidak terasa capeknya, mereka sesekali bersenda gurau lucu, konyol, dan asyik memainkan alat musik bahkan dengan lagu yang hanya asal-asalansaja. Saking asyiknya, aku sendiri lupa jalur menuju Borobudur yang sempat ditempuh kala itu melewati kota mana. Tanpa terasa tau-tau sudah masuk wilayah Magelang. Beberapa teman yang tadi asyik becanda dan bernyanyi sudah terlihat capek dan tiduran di jok belakang. Aku dan 2 rekanku masih saja asyik berdiri sambil sesekali foto-foto narsis abis sambil berbagi mendengarkan lagu HP lewat satu Headset.
Setelah melakukan perjalan sekitar 3 jam, sampailah kami di Borobudur. Sekitar pukul 10.00 lebih sedikit kami sampai di halaman parker Borobudur. Temanku yang mendapat tugas mengurs tiket sudah mempersiapkan diri. Cukup panas suasana di Borobudur kala itu, bahkan para ojek payung sesekali menawarkan payung mereka dengan Rp. 3000,-/payung.  Ada beberapa yang berminat menyewa, namun aku dan rekan rekanku memilih untuk tidak menyewa saja karena sepertinya akan sangat ribet ketika kami nanti mau heboh-hebohan diatas candi..hehehehe. Setelah kami membeli tiket sejumlah peserta (kami mendapatkan bonus gratis 5 tiket masuk) seharga Rp. 15.000/orang (kalautidaksalah, agaklupa) akhirnya seluruh peserta pun berbaur masuk kehalaman utama candi, Kami memperkirakan berada disana sekitar 1,5-2 jam saja. Karena kami panitia, kami rombongan yang paling akhir masuk kehalaman candi karena harus memastikan seluruh peserta masuk semua terlebih dulu. Aku yang kala itu mengajak Wahyu serta Putri, saudara-saudaraku berjalan rombongan bersama teman yang lain, sebuat saja Bagus, Ali, Nita dan Pur (saudara sepupupku yang juga tinggal satu kampong denganku).
Halaman Candi Borobudur
Akses Menuju ke Candi Borobudur
Ternyata dari loket menuju ke candi kami harus berjalan sepanjang 300 an meter. Ditengah panasnya udara ditempat itu, kami masih tetap saja narsis disepanjang perjalanan dengan berfoto-foto ria. Beberapa meter sebelum naik ke lokasi candi, ada loket petugas yang meminta seluruh pengunjung untuk meninggalkan barang bawaan terutama makanan ringan/minuman termasuk rokok (untuk menjaga agar tidak ada pengunjung yang membuang bungkus diatas candi), namun aku pikir bukannya naik ke atas candi setinggi itu dengan puluhan anak tangga akan membuat kerongkongan menjadi kering?, so aku menyelipkan botol minuman mineral kecil jika sewaktu-waktu kami dehidrasi diatas. Setelah dirasa kami aman, kami pun diizinkan untuk naik. Satu per satu anak tangga kami susuri, haduwww.. barumasuk dibagian pertama, aku udah agak ngos-ngosan, dasar efek ngga pernah olah raga nich. 
Narsis Itu Wajib !!

Nampang Bersama Panitia



















Pelan pelan tapi pasti, kami akhirnya bisa mencapai ke bagian atasnya. Beberapa kali kami pun berpose didepan stupa-stupakecil yang mengelilingi candi Borobudur. Kami menyusuri dan mengitari candi, ada beberapa arca atau relief yang rusak, bahkan ada beberpa yang nampak arca tanpa tangan. Sesampai di bagian paling atas, dekat stupa utama yang besar itu, aku mencoba untuk menyempatkan diri melakukan tradisi yang umumnya dilakukan ketika berkunjung di Borbudur, yaitu memasukkan tangan kedalam salah satu stupa melalui celah-celahnya, jika tangan kita menyentuh arca atau entah apalah yang ada didalam stupa itu, mitosnya cita-cita kita akan kesampaian. Sayangnya tanganku ngga panjang, so aku ngga bisa nyentuh benda didalam stupa itu. Salah satu temanku bahkan bisa meraihnya..hehehe. Udara semakin panas saja kala itu, kulitku seakan mulai menghitam seketika, hehe… kami pun menyempatkan diri berfoto-foto didekat stupa.
Pemandangan Di Puncak Candi Prambanan

Pengunjung Kepanasan Menyewa Payung
Bentuk Candi Borobudur tak seperti Candi-candi Hindu, kami hanya bisa menikmati keindahan stupa dan relief disepanjang dindingnya saja, setiap kami naik tangga bagian demi bagian, kami hanya disambut dengan jejeran stupa, tidak seperti candi Prambanan, dimana setelah kita menaikki tangga, kita disambut oleh patung-patung dewa Hindu yang berada diruangan candi tersebut. Aku beberapa kali mengitari Borobudur, tapi tak ada celah atau pun ruang dimana kami bisa masuk kedalam stupa. Candi Borobudur terdiri dari 10 tingkatan dengan ukuran 123 x 123 meter, tinggi sekitar 42 m, terdiri dari 1460 relief dan 504 Stupa. 6 tingkat pertama berbentuk bujur sangkar, 3 tingkat atasnya berbentuk lingkaran, sedangkan tingkat paling atas berbentuk stupa, dimana terdapat Arca besar yang menghadap kearah barat dalam kondisi bersila. Stupa besar yang paling atas tertutup bagian dindingnya, bahkan banyak yang menduga apa isi didalam stupa tersebut, banyak pendapat dan cerita yang menjelaskan kalau didalamnya terdapat arca yang sangat besar juga, namun dalam kondisi belum sempurna, tangannya masih belum selesai dibentuk, hidungnya juga belum sempurna, dan ada beberpa bagian yang masih kasar pahatannya, maka Stupa itu pun seolah sebagai penutup arca didalamnya.
Saudaraku Ngga Mau Kalah ngEksis

Gajah yang disewakn di area taman Candi Borobudur
Bergaya Dulu Ahh !!
Setelah puas berjalan-jalan diatas Candi, akhirnya kami turun melalui jalur tersendiri. Saat kami bersantai disebuah taman, kami sesekali melihat aksi beberapa gajah yang memeang disewakan bagi yang berminat menaikinya, tentunya tetap didampingi pawangnya. Kami melanjutkan berjalan menuju ke lokasi parker, namun sebelum sampai disana, kami mellihat-lihat sebentar toko cinederamata dihalaman parker Borbudur, aku lupa saat itu membeli apa, tapi sepertinya aku kurang tertarik membeli sesuatu ditempat wisata. Cinderamata yang dijual banyak jenisnya, dari pakaian, acsesories, sampai kerajinan tangan. 

Makan Siang Nasi Kotak Di Dalam Bus
Tujuan kami selanjutnya adalah Pantai Parangtritis, kami biasa menyebutnya Paris. Kami sampai dilokasi kedua sekitar pukul 14.00. Terik matahari masih sangat menyengat sekali, bahkan kaki terasa terbakar saat aku mencoba untuk melepaskan alas kaki. Aku masih ragu-ragu untuk ikut terjun ke dekat air, panasnya minta ampun, Alhasil aku dan teman-teman berfoto ditepi pantai. Ketika matahari mulai turun, aku baru memberanikan diri terjun dan berjibaku dengan air laut yang asin. Pantai Parangtritis memang panti yang cukup terkenal diantara obyek pantai selatan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebenarnya tempatnya tidak kalah indah dengan pantai-pantai lain, namun Pantai dengan pasir hitam ini cukup sarat dengan kisah mistis. Sebut saja adanya urband legend Nyi Roro Kidul yang menurut cerita menjadi penguasa pantai selatan, dan dengar-dengar para pengunjung dilarang memakai baju warna hijau jika berkunjung kesana karena akan menungundang kemarahan Nyi Roro Kidul. Banyak juga wisatawan yang menjadi korban kegansan ombak disana, bahkan orang-orang menyebutkan itu akibat kemarahan Nyi Roro Kidul. Tapi lepas dari percaya atau tidak percaya, asalkan kita menjaga diri dan ngga “njarak” insyallah akan selamat dech.. Toh maksud dan tujuan kita kesana adalah untuk refreshing, jadi ya jangan berbuat yang kurang menyenangkan.
Temen-Temen Yang Pada Kurang Kerjaan Tuch !!
Sekitar pukul 17.00, aku dan teman-temanku (ternyata romobongan terakhir) meninggalkan pantai basah dan kembali menuju Bus untuk bersiap mandi membersihkan diri. Karena kamar mandi umum penuh, aku dan saudaraku ditawari pemilik penginapan untuk mandi disalah satu kamar. Air tawar yang berada di bak kecil itu masih terasa asin di lidahku. Selain itu, kotoran berupa butiran-butiran lembut pasir pantai tak segera menghilang dari tubuh maupun pakaianku (salahnya aku pakai celana ketat, sehingga setelah beberapa kali cuci kering pake pasir-pasir itu masih tetap nempel disela-sela kainnya). Setelah selesai mandi, aku dan teman-teman melanjutkan lagi perjalanan. Tujuan terakhir yang hendak kami kunjungi alah Malioboro. 
Lampu Hias di Malioboro
Perjalanan dari paris ke Malioboro agak lama, selain jalannya naik turun, suasa gelap juga sedikt membatasi gerak si supir. Terlihat beberapa peserta sudah mulai kecapekan dan tak banyak bercerita seperti ketika berangkat. Beberapa waktu kemudian sampailah kami di Malioboro, bus parkir disekitar alun-alun, dan kami menyusuri malam di tengah keramaian Malioboro. Dari mall satu ke mall lain kami telusuri, cuman sekedar untuk cuci mata saja sebenarnya karena tak ada niat untuk belanja apapun. Aku justru membeli sesuatu acsesoris di penjual kaki lima yang ada diemperan toko sekitar Malioboro. 
Menanti Mie Ayam di Warung Kaki Lima
Ceritanya Lagi Milih Oleh-Oleh
Kami jalan-jalan mencari penjual kaos khas Jogja, aku lupa namanya sich tapi bukan Dagadu seingatku. Setelah capek berjalan, kami kembali kearah parkiran, dengan sesekali mampir ke penjaja makanan ringan seperti dodol, yangko, geplak dll, aku yang penyuka Brem, memilih membeli brem dan sedikit jajanan lain untuk oleh-oleh. Sebelum memutuskan kembali ke bus, kami mampir dulu untuk mencicipi Mie Ayam yang berada di trotoar Malioboro, berharap menemukan cita rasa Mie ayam ala Malioboro, tapi yach.. sama saja sich.. hahahaa.
Well, karena sudah kenyang perut dan kenyang mata, kami memutuskan untuk kembali ke Bus. Beberapa saat kami menunggu hingga peserta semua telah berkumpul. Lalu kami pun melanjutkan perjalann pulang. Tetap seperti ketika berangkat, Aku, Ali dan Bagus tetep berdiri dan menikmati terangnya lampu dijalan sambil meningkmati beberapa snack yang masih tersisa. Kali ini suasana bus sangat sepi, terlihat beberapa orang sudah tertidur dengan nyenyak. Temanku yang usil sesekali mencuri foto para peserta Touring yang terlelap.
Perjalanan pulang rasanya cepat sekali kami lalui, baru beberapa menit sepertinya, dan kami sudah masuk ke daerah Klaten, saat diperbatasan, bus sempat berhenti di pusat oleh-oleh, dan beberapa dari kami pun turun untuk melihat-lihat siapa tahu ada yang layak untuk dibeli, termasuk akupun turun, tapi sudah lupa membeli apa. Perjalanan pulang pun kami lanjutkan, dan buspun berhenti didepan SD Ngaru-aru 1, yang artinya kami sudah sampai di kampong halaman. Saat itu suasana sudah cukup sepi, aku pun lupa waktu sudah menunjukkan pukul berapa, tapi sepertinya antara pukul 11.00-00.00.
Kami turun bus satu persatu setelah cek barang apa saja yang sekiranya tertinggal didalam bus. Setelah dipastikan bersih, bus pun berpamitan dan kami meluncur kerumah masing-masing. Capek, ya tentu capek.. tapi tetap rasa puas dan kesenangan selama diperjalanan plus pengalaman-pengalaman indah, itu tidak akan terlupakan, terlebih menikmati perjalanan Boyolali-Borobudur-Parangtritis-Malioboro-Boyolali dengan berdiri sepanjang perjalanan, tapi seruu..!!
The Black Community (tapi 1 personelnya  ngiilang entah ikut rombongan mana)
 "_"  (Happy Touring) "_" 


No comments:

Post a Comment