Wednesday, April 17, 2024

Tentang Inter : Ketika Cinta InterMilan Bersemi Kembali


Saya buka kembali lembaran kisah yang tertulis di blog ini setelah sekian puluh purnama tak lagi tersentuh dan ter-update dengan cerita cerita hasil pengalaman dan hal-hal menarik bagi saya yang ingin saya tuangkan dalam bentuk cerita. Saya buka cerita kali ini dengan sesuatu hal yang cukup saya cintai dan saya sayangi sedari lama, jauh sebelum hadirnya suami dan 2 buah hati.

Kecintaan dan kesukaan saya tentang salah satu club/ tim sepak bola asal Negara Pizza,Italia, dengan warna jersey utama Biru-Hitam, bermarkas di Kota Milan dengan stadion bernama Giuseppe Meazza, berdiri pada tanggal 9 Maret 1908. Apalagi kalau bukan tim berjuluk Nerazzuri (Biru-Hitam), La Beneamata (Yang Tersayang), il Biscone (Si Ular), yach tepat sekali, club ini bernama resmi Internazionale Milan atau lebih sering disebut Inter Milan, dengan nama tifosi Interisti/ Interista dan pendukung garis keras bernama Ultras Curva Nord 1969. 



Adakah dari kalian tifosi Inter Juga???

Forza Inter J

Cinta ini bersemi kembali sejak Piala Dunia 2022, dimana setelah hampir 5-7 tahun saya vakum dari dunia per-Bolaa dan per-MotoGPan, euforia untuk menyaksikan Bola kembali dibangkitkan. Tanpa saya sadari kegilaan saya tentang Bola secara perlahan memang berkurang bukan karena bosan, tapi hal ini karena di pertengahan 2015 saya mulai disibukkan dengan kehadiran anak pertama, focus otomatis langsung saya curahkan kepadanya (bagaimana tidak? Sudah hampir 3 tahun belum dikasih momongan, akhirnya si cewek imut ini hadir, dua mata saya akhirnya hanya tertuju kepada dia), tapi sekalipun begitu, faktanya darah saya tetap biru dan tulang saya tetap meng-hitam, karena ada beberapa atribut dan baju Inter yang saya pakaikan untuk my baby kala itu.

Awal mula cinta lama-ku bersemi kembali

Lanjuttt gasss ke Piala Dunia 2022, seperti biasa kalau pildun dukungnya pasti kalau tidak Italia ya Argentina (tergantung kalau squad Gli azzuri banyak merdanya ya, beralih ke Argentina), tapi untuk tahun ini, Itali tidak lolos melaju ke Qatar. Alhasil pilihan jatuh ke Argentina.

Gabriel Batistuta, Juan Pablo Sorin, Esteban Cambiasso, Hernan Crespo, dan Javier Zanetti

Dari sini-lah awal mula akhirnya cinta Inter bersemi lagi, setiap menyaksikan pertandingan Argentina, sering Nampak ex kapten legendaris Intermilan yang sekaligus mejabat sebagai wakil presiden Intermilan duduk di tribun menyaksikan wakil negaranya bermain, seketika suasana euphoria rindu Intermilan kembali hadir. Begitupun Argentina lolos ke babak semifinal setelah mengalahkan Belanda lewat adu pinlati dan eksekutor terakhir penentu kemenangan berada di kaki Lautaro Martinez, yang merupkan pemain Intermilan saat ini, jadi mulai demen dan kepo sama Mr. Lautaro Javier Martinez.

Menjadi ekeskutor terakhir dan penentu Argentina lolos ke semi final piala dunia 2022

Sejak inilah dari pildun Qatar 2022, akhirnya berlanjut lagi mengikuti perjalanan Intermilan di Seri-A, UCL dan juga Coppa. (kelanjutannya di next story_ Bangkitnya darah Nerrazurri).

Mengungkit kisah ini, saya jadi ingin kembali bercerita tentang asal mula kenapa saya bisa jatuh cinta dengan club biru hitam ini (sebenarnya pernah saya ceritakan di blog ini juga, namun dengan bahasa yang sangat kacau).

Berawal di tahun 1998 (saat itu menjelang ujian akhir SD kelas 6), lagi-lagi setelah piala dunia (Brasil) euphoria masih berasa sekali, terlebih saya paling deket dengan temen-temen laki yang pada hobi bola, sampai suatu ketika temen ku menggambar jersey yang dia warnai biru-hitam, dengan no punggung 9 tertulis Ronaldo dan kenapa juga saya jadi kepo itu seragam tim apa, karena Ronaldo setahuku kan jersenya kuning-hijau khas Brazil, dan dikasih tahulah kalau itu Inter, club sepak bola. Baru tahu kalau ternyata di pesepakbolaan itu, pemain tidak hanya bermain untuk Negara, tapi juga untuk club-club yang dia naungi.

Selang waktu berlalu, saya anggap angin lalu saja, sampai kemudian ketika SMP, ada beberapa temen yang jadi fans berat club-club sepak bola, ada yang suka Manchester, Juventus, dan beberapa nama yang saya masih asing saat itu. Banyak yang memuja dan mengelu-elukan David Beckham dan club nya MU, tapi justru itu yang membuat aku kurang suka dengan MU, kesannya mendukung MU hanya karena ada Beckham. Kemudian dari dalam diri, munculkah keinginan untuk punya tim kesayangan juga, seketika ingat dong dengan Inter, kenapa tidak saya mulai mengenalnya. Akhirnya sejak itu, kalau ada yang ngobrolin bola, saya selalu mengatakan Inter club favorit saya, meskipun ilmu saya kala itu tentang bola dan Inter masih jauh dari 10%, bahkan masih ingat banget, saat diajak belanja bapak ke toko baju, saya menemukan jersey Inter kw dengan nama Ventola dibelakanganya (tapi sayang ini Jersey sekarang nyungsep kemana??? Hiksss).

Sebelum tahun 2000an, informasi paling mudah hanya bisa diperoleh dari tabloid Bola/ Koran, beda dengan zaman gen Z ini yang segalanya tinggal “hallo Google”. Sekalipun sudah menjadikan Inter sebagai club kebangaan selama SMP, namun saya belum mampu untuk mengikuti jejak perjalanan Inter dan mengenal squad-squadnya lebih dekat, belum ada kepikiran untuk nonton live match-nya di tv. Menjelang masuk SMU kelas 1, mulai mampu dan tahu mencari informasi dari Internet, sekalipun harus ke Warnet dan didukung juga dengan keberadaan temen sebangku yang juga suka bola, tapi maaf dia fans Juve, jadinya ada rival dan lebih semangat untuk mengenal Inter lebih dekat.

Al-hasil, dunia saya mulai membiru dan menghitam sejak saat ini, mulai mengenal satu per satu squad Inter, mulai mengikuti match-match yang saat itu masih ditayangkan di tv nasional, mulai koleksi atribut-atribut yang berbau Inter.

Squad Inter musim 2001/2002

Moment yang paling menyakitkan ketika lagi sayang-sayange dengan Inter adalah drama perebutan scudetto hingga pekan terakhir, ketika Scudetto sudah hampir didepan mata (musim 2001/2002), tapi Inter kalah dari Lazio, Inter harus rela melepas Scudetto yang beralih ke Juventus, dan harus puas berada di peringkat ke 3 klasment serie A.

Dengan kejadian ini, otomatis saya langsung dapat shock terapi dari beberap pendukung club lain, terutama dari sahabat saya sendiri yang seorang Juventini, tapi sekalipun kami berbeda-beda dukungan, sering cek cok soal club masing-masing, tapi masih dalam taraf yang wajar dan hanya untuk seru-seruan saja.     

                            

Setelah musim ini berlalu (tahun 2003 ke-atas), saya semakin kuat mendekat dengan Inter, banyak info dan berita-berita tentang Inter yang aku dapatkan, salah satunya adalah ketika membaca artikel berita dikoran tentang kapan Intermilan berdiri, tepatnya Intermilan memisahkan diri dengan AC Milan tanggal 9 Maret 1908 dan dijadikan sebagai tangal berdirinya Inter, exited ngga tuh setelah tahu tanggal berdiri Inter sama dengan hari lahir saya.  Seperti sudah jodoh sari lahir yak…. J

Vieri, striker Inter
Selama saya menjadi Interita, saya tidak tahu kalau ditanya pemain favorit di Inter siapa saja, pernah suka dengan Christian Vieri, tapi setelah dia hengkang dari Inter, ya sudah abaikan saja. Saya memang tidak ingin mencintai satu-dua pemain di Inter karena saya memang mencintai dan menyukai Inter karena club nya, karena tim-nya, karena kerjasama didalamnya, bukan karena suka si ini atau itu (takut-nya kalau saya suka, nanti pemainnya pindah club, akan berpengaruh ke perasaan. Sudah bawa-bawa perasaan lho ini), namun untuk saat ini, memang baru Javier Zanetti yang sangat saya kagumi. Dia pertama kali bermain di Intermilan dan tidak pernah meninggalkan Inter sampai musim 2022/2023 ini (saat ini dia menjabat sebagai wakil presiden InterMilan). 
Zanetti, ill Capitano



Inilah sedikit kisah awal mula bagaimana saya mulai mengenal, mulai menyintai, dan sampai kini seperti mendarah daging dalam diri saya, bahwa Inter adalah club yang telah menjadi symbol dan jatidiri dalam separuh perjalanan hidup saya. Jangan kaget kalau terkadang ada teman yang sesekali berkata ”Hmm, semua Inter dan warna biru, pasti Indri”.

Saya sampaikan sangat bangga menjadi bagian dari berjuta-juta Interista diseluruh dunia, saya bangga dengan prestasi yang telah di torehkan Intermilan, meskipun selama 20 tahun terakhir ini saya tidak selalu mengikuti perjalanan Inter, baik ketika sedang diatas ataupun dibawah, untuk club kesayangan, hanya ada Inter di dalam diri saya. Forza Inter per Sempre, Non Mollare Mai !!!

 


FORZA INTER PER SEMPRE !!!!

No comments:

Post a Comment