Sebelum mengawali cerita, aku ingin haturkan beribu maaf karena judul
yang aku usung di postingan kali ini agak maksa banget, sekedar untuk
menyesuaikan suku kata agar enak dibaca aja sebenaranya, maka aku pun
menuliskan kata “telaga” dimana semestinya adalah “waduk”….heheee (maafff).
Secara kasat mata memang waduk dan telaga tidak jauh berbeda, namun secara
definisi keduanya memang cukup berbeda.. Telaga cenderung adalah sebuah danau
kecil yang terbentuk karena proses alam, sedangkan waduk adalah sebuah kolam
raksasa yang sengaja dibangun alias buatan yang umumnya digunakan untuk
keperluan irigasi, budidaya, tempat penampungan air dan obyek wisata. Well,
untuk menebus rasa bersalah, untuk selanjutnya…aku memilih memakai kata “waduk”
saja ya.. anggap saja judul diatas sebagai usaha menarik masa… heeeee.
|
Waduk Bade-Waduk Kedung Ombo-Waduk Cengklik |
Tiga desa tiga telaga (Baca: waduk), merupakan pokok bahasan yang
ingin aku tuangkan di kesempatan kali ini. Masing masing adalah waduk yang
berada di wilayah kabupaten Boyolali (untuk Kedung Ombo berada di 3 wialyah
kabupaten, Sragen-Boyolali-Grobogan).
|
Saat nyasar di jembatan Klewor |
Untuk kali pertama, aku ingin memberikan
gambaran singkat tentang waduk Bade, satu dari tiga waduk yang akan aku sampaikan
disini. Yap, secara geografis, waduk Bade berada di Desa Bade, Kecamatan Klego,
Boyolali. Waduk ini dimanfaatkan untuk mengairi sebagaian besar sawah di
Kecamatan Klego, Kecamatan Andong, Boyolali dan sekitatnya. Waduk ini juga
merupakan area untuk wisata lokal dan tempat pemancingan bagi warga sekitar.
Awalnya aku datang ke Waduk Bade ini sekedar untuk mengobati rasa kecewa karena
sebelumnya aku dan Koko Bear (saat itu masih pacaran statusnya) berencana ke
Waduk Kedung Ombo, bermodal GPS aneh dari genset Koko Bear, kami justru di
tuntun melewati jalan-jalan setapak, hingga melewati daerah pedalaman yang
sepi, kanan kiri hutan serta jalanan yang sudah tak lagi beraspal (ngebayang
ngga sich kalau tiba-tiba ban kempes atau mendadak ada harimau kelaparan yang
menerkam..heee #lebay). Karena GPS yang sangat-sangat detail, kami pun akhirnya
tersesat, justru masuk ke daerah Gemolong, dan itu waduk hanya terlihat dari
puncak bukit aja.. #ngenessss….!!. Akhirnya dengan semangat yang tinggal 30%,
kami kembali pulang. Sekedar untuk mengobati kekecewaan dan rasa lelah, kami
pun mengalihkan tujuan ke Waduk lain yang lebih kecil tapi sudah jelas
lokasinya dimana,
yap di Waduk Bade-lah
akhirnya kami tambatkan touring nyasar yang ngga karuan itu.
Waduk Bade memang
tak sebesar Kedung Ombo, waduk ini hanya berada di wilayah Kecamatan Klego,
debit airnya pun juga tidak terlalu banyak. Masuk ke area wisata lokal ini,
hanya perlu merogoh kocek karcis sekitar Rp.2000,-, tapi itu belum termasuk
parkir lho, kayaknya parkinya juga Rp. 2000,-. (kunjungan pertama pada 5
Februari 2011). Dari pintu tiket, kami langsung masuk di arena parkir dekat
dengan warung makan, parkirnya juga masih nampak alami karena berada dibawah
pohon kanopi yang rindang, dari depan tempat parkir kami sudah disambut dengan
pemandangan hamparan air waduk yang melimpah. Sekitar tepi waduk terdapat
beberapa taman untuk tempat duduk dan beberapa pohon talok. Sedangkan
dihamparan waduk, terlihat beberapa karamba tempat untuk memelihara ikan,
kebanyakan sich ikan jenis wader, ikannya kecil-kecil tapi kalau disantap saat
masih hangat (digoreng kering) plus sambel korek, rasanya mantapppp sekali.
Selain banyak pasangan pasangan muda yang datang untuk sekedar berdua-dua’an
(emangnya aku sama koko Bear kagak ya???hhaaa), aku pun menjumpai beberapa
warga sekitar yang asyik menikmati hoby memacing, beberapa harus sabar menanti
sang umpan diterkam oleh ikan, namun ada juga yang mesti bersabar hingga
terkantuk kantuk… Setelah kami duduk duduk agak lama di kursi taman, aku dan
koko Bear pun berjalan menyusuri jalan dekat bendungan dan sesekali mengabadikan
foto didekat jembatan..heheee.
Tak banyak fasilitas yang ada di Waduk ini,
selain karena memang waduk ini waduk lokal, namanya waduk Bade juga belum
terlalu terkenal. Beberapa fasilitas yang ada adalah warung makna lesehan yang
ada satu-satunya dan warung singgah seperti kantin sekolah.
Kunjungan kali keduanya adalah pada 12 Mei 2013 lalu, kalau kunjungan
sebelumnya memang diluar rencana, nah kalau kunjungan kali ini memang segaja aku
dan Koko Bear ku rencanakan. Meskipun masih dengan patner boncengan yang sama,
namun status kami sudah resmi kali ini….haaaa. Yeah, kami pun berangkat dari Sambi
sekitar pukul 09.00, ngga terlalu jauh sich, 30 menit perjalanan kami sudah
sampai. Tidak banyak view yang berubah, namun sayangnya debit air di waduk Bade
saat itu menyusut sangat significant. Bahkan dari tepi taman yang sebelumnya
air bisa diraih dengan tangan, saat itu terlihat mengering disekitar
tepiannya.. Suasannya jadi kurang menyenangkan, view nya juga kurang bagus
dech… endingnya aku justru malah asyik foto foto diatas pohon macam apaaaa gitu
ya… wwkkkkk !!!. Kami ngga terlalu lama berada disana, Cuman habisin bakso ojek
yang kami beli dari pedagang keliling, trus melanjutkan perjalanan mengitari
waduk, dan pulangggggg..
Next kunjungan, Kedung Ombo. Adalah wadukkk yang telah menjadi target
kunjungan sejak dulu kala. Berhubung sebelumnya gagal sampai kelokasi dan
justru disesatkan oleh GPS yang terlampau profesional, akhirnya pada 15
Desember 2013 kemarin aku kembali bersama Koko Bear menyusuri jalan menuju ke
Waduk Kedung Ombo yang merupakan waduk kebanggan warga Boyolali…Hehee. Waduk
ini merupakan sebuah bendungan raksasa yang mencakup wilayah tiga kabupaten,
Boyolali, Sragen, dan Grobogan. Luas seluruh areanya adalah 5.898 hektar, saat
awal pembangunan waduk ini sudah banyak cerita negatif yang muncul, salah
satunya adalah kasus penolakan penduduk yang sebelumnya tinggal di area
tersebut, karena dipaksa untuk meninggalkan lokasi atau rumor lain yang
menyebutkan kalau uang kopensasi ganti rugi tidak sesuai dengan yang
semestinya.
Sebelumnya memang disebutkan
bahwa para penduduk setempat tidak setuju jika mereka harus meninggalkan rumah
yang sudah mereka tempati itu untuk dipindah kelokasi lain secara bedol desa,
namun karena keputusan sudah ditetapkan, warga seitar sudah tidak bisa berbuat
banyak. Sebenarnya, pembanguan waduk ini memang sangat diperlukan terutama
untuk membuat bendungan air sebagai wadah untuk pengairan dan budidaya lainnya.
Disamping itu, air waduk digunakan pula sebagia pembangkit listrik (PLTA) dan
sumber air minum yang dikelola PDAM. Waduk mulai diairi pada 14 Januari 1989,
Menenggelamkan 37 desa, 7 kecamatan di 3 kabupaten. Menurut cerita, rumah
penduduk yang ditinggalkan itu sama sekali tidak dimusnahkan, jadi ketika
dipastikan semua penduduk dievakuasi dan barang-barang telah di pindahkan,
pemerintah langsung mengairi bendungan tersebut, sehingga wajar jika didasar
waduk banyak ditemukan bekas uk bangunan seperti rumah.
|
Kalau ngga salah ini daerah Klego-Wonosegoro |
Kala itu kami berangkat dari Sambi sekitar pukul 08.50 wib, kami
menyusuri jalan melewati Klego, kemudian mengambil tikungan ke kiri menuju ke
Karanggede-Wonosego. Untung saja jalan yang kami lewati kali ini sudah banyak
mengalami perbaikan, ketika kunjungan pertama, jalan masih banyak yang rusak
dan banyak ditemukan genangan air hujan ditengah jalan, bahkan nampak seperti
kolam ikan di tengah jalan. Kali ini, meskipun sudah tidak banyak jalan
berlubang, namun masih ada beberapa jalan
yang harus kami lewati dengan hati-hati karena ada beberapa yang terlihat retak.
|
Tugu pertigaan Klego-Tugu perempatan Karanggede |
|
Kondisi jalan Wonosegoro-Juwangi |
Setelah sampai di Wonosegoro, kami harus menyusuri jalan yang sedikit lebih
sempit dan dimanjakan dengan pemandangan alam berupa hutan jati disisi kanan
dan kiri jalan, agak sedikit sepi juga sich jalannya. Setelah sampai di
pertigaan, kami mengikuti petunjuk arah ke Juwangi, lagi lagi kami disambut
pemandangan alam dikanan kiri jalan hingga kemudian terlihat satu persatu rumah
penduduk dan sebuah perkampungan di daerah Guwo. Kami terus melanjutkan
perjalanan yang berliku-liku. Pemandangan disekitar daerah situ masih terlihat
sangat tradisional dan alami sekali. Kemudian mata kami memandang sebuah
petunjuk kearah kanan yang memberikan info arah Kedungombo/ Sumberlawang,
Sragen.
|
Petunjuk arah ke Kedung Ombo |
Akses jalan nya ternyata cukup unik, kami tidak langsung mengambil arah
ke kanan, tapi justru belok kekiri di ujung jembatan, lalu melingkar melewati
bawah jembatan baru menuju ke arah yang di tunjukkan tadi. Perjalanan pun berlanjut,
dan salah satu hal yang cukup menarik
adalah melihat sebuah jembatan penghubung kampung yang mangelami kerusakan,
benar-benar ambrolll alias terputus, kami pun dengan hati-hati harus melewati
jalur alternatif yang dibuat hanya dengan anyaman bambu yang ditopang dengan
kayu dan bambu, sedangkan air sungai mengalir cukup deras dibawah kami.
|
Jembatan Roboh |
Agak
merinding juga sich, terlebih kalau harus berpapasan dengan pengendara lain,
dan dipastikan mobil tidak bisa melintas dijembatan bantuan ini. Selesai
melewati jembatan, petualangan tak cukup sampai disini, kami mesti menyusuri
jalan yang sepertinya jarang sekali terjamah oleh manusia, jalan yang nampak
tanpa ujung.
|
Akses jalan menuju Kedung Ombo pasca melewati Jembatan roboh |
|
Kondisi kanan kiri penuh hutan jati |
Suasaanya sepi dikelilingi hutan hutan jati, dengan kondisi aspal yang tak
lagi bisa dikatakan aspal. Sesekali kami memang berpapasan dengan beberapa orang
yang nampaknya juga dari luar daerah. Sepanjang perjalanan, suasana agak horor
dan menegangakan, hingga akhirnya kami sampai di papan nama “Welcome to
Kedungombo”, akhirnya kami pun sampai di lokasi yang telah kami targetkan. Sebelum
masuk ke lokasi, kami diwajibkan untuk membayar retribusi sebesar Rp. 5000,-
untuk satu orang dan Rp. 1000,- untuk satu motor. Kami pikir sampai didalam
sudah tak perlu lagi membayar parkir, ternyata kami masih dipungut biaya parkir
Rp.2000,-.
|
Narsis meskipun agak kecewa denangan view nya |
Melangkahkan kaki dan menerbangkan pandangan kesekitar obyek wisata
tersebut, ungkapan pertama yang aku rasakan adalah “mengecewakan”, tak nampak
sedikitpun sesuatu pemandangan yang sempat aku bayangkan seperti yang ada di
gambar-gambar. Tempatnya nampak sangat menyedikan, tidak terurus, kotor, debit
airnya pun juga sepertinya tidak penuh. Banyak warung terapung yang tutup serta
meninggalkan bekas pondasi bambu sehingga permukaan air waduk jati semakin
terlihat kotor dan tak terurus. Satu satunya yang cukup menarik adalah tampilan
air waduk yang seperti cermin, tidak bening sebenarnya, namun melihat hamparannya
itu nampak seperti cermin yang di gelar dlayaknya permadani. Karena tidak bisa
menikmati pemandangan yang aku harapakan, rasanya tidak sepadan dengan
perjalana kami yang nyaris 1.5 jam jika akhirnya kami memutuskan untuk pulang
dengan kekecewaan, ahkirnya kami pun mampir sejenak untuk rehat dan menyantap
kakap bakar disatu-satunya rumah makan terapung yang masih ada. Menjelang
siang, ternyata semakin banyak juga pengunjung yang datang.
Aku tertarik sekali
untuk naik motor boat yang tentunya kita tinggal jadi penumpang-ny saja, hanya
dengan Rp. 25.000,- kita diajak mengitari waduk hingga ke bendungan. Hemm,
sayangnya koko ku ngga mau alias ngga berani, huft……….ngga bisa diajak
menikmati suasana yang sedikit menegangkan.. alhasil kami pun pulang begitu
saja selesai makan.
|
Pintu loket Kedung Ombo-Motor Boat-Kakap bakar |
Sebelumnya aku sempat merengek minta untuk mencari view bendungan
seperti yang pernah aku liat dibeberapa gambar di google, namun ketika kami
menyusuri jalan kearah bendungan tersebut, Koko pun mengurungkan niatnya karena
harus melewati pos penjagaan hutan. Hemmmmmmmmmmm, sedikit kecewa sich, apalagi
pasca berlibur ini aku melihat beberapa view foto waduk Kedung Ombo yang
diambil dari bendungannya. Pingin banget suatu saat kembali lagi kesana
mengobati kekecewaan… belummmm puassss… Lokasinya tak seindah perjalanan kami
yang cukup menegangkan !!!. Next time, harus kesana lagi….
|
Waduk Cengklik |
Selanjutnya,,, Waduk ketiga yang sebenarnya sudah sering sekali aku
kunjungi dan aku lewati ketika masa masa kuliah karena memang lokasinya sangat
terjangkau dari kota serta dekat dengan bandara. Yap, waduk terakhir ini adalah
Waduk Cengklik yang ada di Desa Ngargorejo dan Desa Subokerto, Kecamatan
Ngemplak, Kabupaten Boyolali. Waduk ini dibuat pada tahun 1926-1928 oleh
Pemerintah Belanda. Nama Cengklik diambil dari nama dukuh pertama yang mulai
dibangun waduk. Letak waduk Cengklik memang cukup strategis, selain lebih dekat
dengan wilayah Colomadu dekat pula dengan area Bandara Adi Sumarmo lama, Asrama
Haji Donohudan, dan Lapangan Golf, sehingga wajar jika kemudian banyak tempat
ini dijadikan obyek kunjungan keluarga atau bahkan satu desa dengan mengendarai
kereta kelinci. Disekitar waduk ini juga banyak dijual makanan khas setempat,
seperti nasi merah dan pecel sambal wijen dengan ikan wader goreng.
|
Kemayune jiaaann...Anake sopo to kih??? |
Kembali keperjalanan kami ke Waduk Cengklik ini, 5 Januari 2014 kami
berangkat dari Sambi sekitar pukul 10.30 wib dan tidak memakan waktu lama,
sekitar 15-20 menit saja sudah sampai dilokasi. Sesampai disana, kami masuk
kelokasi bendungan dan motorpun boleh dibawa masuk ke Lokasi, jadi kami tinggal
menyusuri saja jalan diatas.
|
Bukti saya bukan Internona yang ikut-ikutan misua |
Pemandangan yang pertama aku liat adalah banyaknya
orang yang hoby memancing sedang melakukan aktifitasnya ditepian waduk, bahkan
ada beberapa juga yang mendayung dengan sampan ditengah-tengah waduk.
Menurutku, debit air di waduk ini juga menyusut sangat besar sekali, jauh
dibandingkan ketika dulu aku sering jalan jalan ke waduk ini bersama saudara
sepupuku. Se
pertinya kebutuhan air saat-saat ini sangat tinggi yach? buktinya
disaat musim hujan yang sedang deras-derasnya, debit air diberbagai waduk
nampaknya tidak terlalu banyak.
|
View sungai kecil sebelah selatan waduk Cengklik |
Kami pun kemudian berhenti dibagian barat, menikmati pemandangan
sambil tak lupa narsis disemua view yang nampak bagus disana. Sebenarnya
dibagian timur nampak air yang terlihat penuh dan seperti danau alami, namun
sudah dipenuhi oleh beberapa wisatawan dan beberapa orang yang asyik memancing,
dari pada ngga nyaman juga mengXpresikan diri, kami tetep menikmati waduk dari
tempat kami berhenti tadi. Dahulu debit air bisa mencapai tinggi yang
significant, namun sekarang justru banyak bagian yang menyurut dan dijadikan
sebagai lahan pertanian oleh penduduk sekitar. Satu hal pemandangan yang tak
beda dengan waduk Bade adalah adanya karamba di tengah-tengah waduk. Kemarin
sempat juga sich melihat ada perahu motor tradisional yang sepertinya di
komersilkan untuk menghibur pengunjung yang ingin mengelilingi waduk Cengklik.
Sebenarnya waduk ini tidak terlalu besar, namun bagaimanapun juga harus hati
hati karena sudah banyak memakan korban, terutama siswa siswa sekolah yang
tenggelam diwaduk ini…
|
Suasana di depan halaman parkir bandara Adi Sucipto |
Seusai puas bersantai dan menikmati angin sepoi sepoi diatas
bendungan, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Bandara Adi Sumarmo.
tepatnya di area lintasan pesawat. Disekitar tempat ini sering sekali nampak
ramai dikunjungi orang-orang yang sekedar ingin cuci mata atau ingin berlibur
sambil melihat pesawat yang take of atau pun yang hendak tinggal landas
(seumur-umur aku belum penah liat pemandangan seperti itu, tiap ke area ini
selalu saja ngga ada pesawat selain pesawat yang lagi parkir…haaaa).
Yap,
disekitar tempat ini juga banyak sekali lho pedagang kaki lima yang menjajakan
makanan seperti mie ayam, bakso, es, dll. Salah satu yang menjadi alasan aku
mengajak koko kesini adaalah ingin mencari dan menikmati Soup Buah milik Mas
Hasan, salah satu member ICI Solo yang pernah di referensikan oleh Bintang.
Koko pun melajukan motor dengan pelan, dan ketemu dech dengan kios soup buah
Mas Hasan, kami memesan 2 mangkuk dan makan diluar sambil cucimata melihat
sekeliling lokasi, berharap jikalau ada pesawat yang take off juga
sich…sayangnya sampai selesai makan, ngga ada pesawat yang turun mauapun yang
terbang. Sengaja banget sich aku jalan-jalan pake jersey Inter Milan, dan itu
sepertinya menarik perhatian mas Hasan, akhirnya akupun ditanyain “Internona ya
mb?” hheeeeeeeee………….
#Tetep Forza Inter Milan 1908x....
salam blogger...
ReplyDeleteuhuuuuiiiiii
Delete