Wednesday, November 27, 2013

Asal Tahu Aja : Special From Linkin Park _ Sepenggal Lirik Unik nan Cantik



Sudah beberapa kali pingin lagi nulis something aboute Linkin Park, namun selalu saja ter-skip dengan hal-hal lainnya yang ngga kalah penting, hehe.. Mumpung kesempatan kali ini masih dalam suasana galau-galau penuh kesedihan (tapi tak harus diratapi, tetap hadapi dengan senyum..nyatanya aku masih memilih lagu-lagu Linkin Park untuk dijadikan hiburan), so dengan senang hati dan semangat 1908, aku bangkitkan lagi keinginan untuk me-review beberapa lagu Linkin Park yang sangat bersinergi dengan  telinga, hati dan sanubariku..wwkkkk. Meskipun kebanyakan iramanya keras, tapi ngga tau kenapa yach ada beberapa lirik yang menyejukkan hati ini..hhaaa. Semakin panas aja nich kepalaku, daripada makin ngelantur langsung ke TKP aja dech…
1. LOST IN THE ECHO (Living Thing)
Judul ini yang sudah aku niati untuk aku pasang di posisi paling atas, meskipun tergolong lagu baru, sedari awal dengar melodi pembuka lagu ini, aku langsung jatuh cintrong (tutup mata dari lirik dan video klipnya kala itu). Lagu ini pernah lebih dari 6 bulan jadi nada dering HP ku, meskipun sekarang aku udah menggantinya dengan lagu Arash feat Helena, namun tiap kali mendengarkan lagu ini dalam posisi tertidur, aku dengan seketika terjaga seperti dibangunkan. Banyak yang bilang album LP akhir-akhir ini udah ngga segreget album pra Minutes to Midnight, tapi emang sich lagu-lagunya ngga sekeras dulu, tapi yang namanya selera orang kan ngga bisa dipaksa dan diatur..hahaaaa.
Lost In The Echo, merupakan lagu yang berada di album ke Lima Linkin Park yang berjudul Living Things, direkam pada bulan Maret 2012 dan release pada 19 Oktober 2012. Lagu ini ditulis oleh Linkin Park dan di produseri oleh Mike Sinoda dan Rick Rubin. Video klipnya dibuat di Detroit , Michigan 1-2 Juli 2012, dan tayang resmi pada 29 Agustus 2013. Video klip ini disebut dengan video interaktif karena jika melihatnya melalui http://lostintheecho.com/ lalu login ke FB , foto-foto yang nampak di Video lagu ini akan menampilkan foto dari teman-teman di FB kita (sayangnya aku mencoba untuk login, cuman loading terus ngga kelar-kelar, dan percobaan dihari berikutnya pun berhasil, tapi agak aneh, emang iya sich yang nongol di foto video klip jadi foto temen-temen FB, tapi ada juga yang munculnya gambar hp atau logo, tergantung foto yang ada di akun fb masing-masing sich).
Saat melihat pertama kali video klipnya, aku ngga paham dengan jalan ceritanya, apalagi tidak ada salah satupun personil LP yang nongol di video klip ini (biasanya kan Mr. Chester paling sering jadi bintang utamanya, ya iyalah..Vocalisnya gitu). Video klip bercerita tentang seorang pria disebuah gedung tua membawa koper berisi kumpulan foto, tiba-tiba beberapa orang berebut mengambil foto-foto itu, dan masing-masing dari mereka seolah melakukan pertemuan pribadi dengan sosok yang berada didalam foto, ada diantara mereka yang sepertinya suami istri, nenek dengan cucunya, pasangan kekasih, dan ibu serta putrinya. Hingga pada suatu titik, si pemegang foto kemudian hancur dan lenyap hilang seperti debu diikuti tangisan orang-orang yang berada didalam foto tadi, akhir video kembali ditunjukkan foto-foto, namun berganti foto orang yang tadi telah lenyap menjadi debu. Kalau aku telaah dari kacamata indyani (padahal aku ngga pake kacamata lho, piye iki??), aku beranggapan kalau video ini bercerita tentang seorang malaikat yang menunjukkan pada roh-roh yang masih belum rela meninggalkan orang-orang yang mereka sayangi, dan ketika mereka sadar akan kenyataan mereka, akhirnya merekapun ikhlas pergi dengan rasa damai, terlihat dari raut wajah mereka sebelum menghilang menjadi debu (sekali lagi ini versi Indyani Indri..haha.. tapi kenapa judulnya kok Hilang dalam Gema yach?). Tapi pernah denger juga kalo Video ini bercerita masa disaat orang udah ngga kenal lagi sama foto, tapi ngga jelas kelanjutannya gimana..
Bagian lirik yang paling mengena dihatiku adalah :
“In these promises broken, deep below..Each word gets lost in the echo
So one last lie, I Can see through
This time I finnaly let you go..go..go”

2. WAITING FOR THE END (The Thousand Suns)
Kali pertama denger lagu ini gara-gara koko ku yang waktu itu masih berstatus “pacar” ngesave beberapa lagu baru LP di kompiku, dan lagi-lagi aku tertarik dengan melodi dan iringan music dari lagu ini, kayaknya bukan LP banget gitu waktu denger pertama kali, agak aneh, tapi semakin sering didengerin kok semakin asyik juga, ada bagian intro ditengah-tengah yang iramanya ngebit dan enak banget.
Waiting For The End merupakan single kedua dari album The Thousand Suns, direkam pada 2008-2010 dan rilis pada 1 Oktober 2010. Terdapat sedikit alunan gitar terdistorsi dari Mike Sinoda diikuti permainan keyboard dari Brad dan diawali rap Mike serta disambung vocal Chester. Hal berikutnya yang membuatku berkesan adalah video klipnya dipenuhi dengan unsur biru-hitam meskipun tidak mengandung cerita seperti halnya video klip Lost In the Echo. Video klip disutradarai oleh Joe Han dan direkam pada September 2010. Dalam video ini hampir menampilkan seluruh personil dalam porsi masing-masing, video memperlihatkan suasana gelap diiringi dengan efek digital dan distorsi yang diterapkan pada setiap personilnya, sehingga nampak para personil terlihat bercahaya putih kebiruan dikegelapan (tuch kan jadi biru hitam!!maksaa banget cihhh), Video ini juga membawa tema karya seni untuk album A Thousand Suns dengan banyak gambar seni abstrak yang menampilkan hewan dan media digital lainnya.
Salah satu bagian yang paling menarik dikemudian hari adalah ketika akhirnya aku menggali lirk dari lagu ini. Serasa sepertinya Linkin Park itu tahu banget dengan pengalaman pribadiku,,,sampai dibuatin lagu bertema Waiting For The End ini (Khayallll…..), lirik lagu Waiting For The End itu benar-benar mem-bumi banget, maksudnya, secara umum orang sepertinya pasti pernah berada pada kondisi yang seperti disiratkan dalam lagu ini, lihat baca dan rasakan saja di lirik
“This is not the end, this is not the beginning……………
Though the words sound steady something empty’s within them….”
Kalau ditelaah, masalah yang ada itu terkadang bukan awal dan bukan akhir dari sesuatu, itu akan terus bergulir dan ngga pernah sadar mana yang awal dan mana yang akhir, maka dibagian akhir lagu pun tertulis “The hardest part of ending, is starting again” karena rasanya kita emang terkadang ngga pernah tau mana yang sudah berakhir dan mana yang harus dimulai (aku sokkkk puitis abissss…)
Bagian lirik lain yang mengena dihatiku adalah :
“Waiting for the end to come..Wishing I had strength to stand..
This is not what I had planned..it’s out of my control”
Huft..jelas banget lirik diatas itu seperti pengalaman pribadi, sering kita harus menjalani sesuatu yang diluar rencana kita, dan untuk menghadapi semua itu terkadang kita bisa saja lepas kendali atau bahkan putus asa, namun dari lagu ini pula kita diberi semangat untuk tetap bangkit dan harus bisa merubah keadaan dengan apapun itu
“So many things were left unsaid.. It’s hard to let you go..
I know what it takes to move on… I know how it feels to li
All I want to do.. Is trade this life for something new..Holding on the what I haven’t got
………….
Trying to forget the past, this was never meant to last
…………
And Trying to figure out what it’s like moving on”

3. IRIDESCENT (A Thousand Suns)
Kalau untuk lagu yang satu ini, murni aku suka setelah baca lirik lagunya, rasanya dalam banget dan langsung bersenyawa dengan jiwaku, hehe. Sayanganya lagu ini tidak didukung dengan video klip yang keren dan malah banyak pengemar LP sedikit kecewa setiap menyaksikan video klip yang berbau iluminasi dan mata satu, entah apa maksud sang Joe Hand membuat video klip dimana Mike Sinoda terlihat seperti raja kegelapan…Entahlah dan Whatever, yang jelas aku suka lagu ini dari unsur irama dan lirknya, sekalipun lagu ini menjadi salah satu OST film The Transformers: Dark the Moon, itu bukan menjadi alasan aku menaruhnya diurutan ketiga di listku ini.
Iridescent merupakan single ke empat dari album A Thousand Suns yang dirilis pada tanggal 14 September 2010 dan menjadi bagian dari OST Transformers pada sekuel ke-3 setelah dua sekuel sebelumnya juga menggunakan lagu LP sebagai OST utamanya. Secara umum lagu ini bercerita tentang tentang harapan di tengah-tengah kekacauan dan kesedihan (lagi-lagi manusiawi banget… baca=aku banget). Seperti biasa, Mike mendapat bagian sebagai lead vocal sedangkan Chaster mendapat bagian chorus dan vocal-vokal lainnya, dan perlu diketahui kalau semua personil LP ikut bernyanyi bersama pada chorus ke-3.
Kembali lagi ketema lagu, hampir seluruh bagian lirik dilagu ini sangat mengena buatku. Lagu ini seolah bercerita tentang segala ujian yang sedang dan harus dihadapi, seberat apapun toh ini bagian dari kehidupan dan kita harus ikhlas menjalaninya. Sayangnya, yang masih aku ngga ngeh, mengapa LP memberi judul lagu ini Iridescent yang artinya berwarna  yang bahkan tidak tersirat sedikitpun dalam tema liriknya atau mungkin LP hendak menyampaikan pesan inilah warna warni kehidupan atau mungkin jika kita bisa menghadapi segala cobaan ini..suatu saat kita akan menemukan hidup yang penuh warna…(haaaaaaa…. Sukanya menarik kesimpulan sendiri).
“When you were standing in the wake of devastation
When you were waiting on the edge of the unknown
And with the cataclysm raining down
Insides crying, "Save me now"
You were there impossibly alone
Do you feel cold and lost in desperation
You build up hope but failure's all you've known
Remember all the sadness and frustration
And let it go...
Let it go....”

4. SOMEWHERE I BELONG (Meteora)
Inilah lagu Linkin Park yang pertama kali aku kenal dan aku dengar, udah lupa asal muasalnya sampai akhirnya aku bisa kenal lagu ini dan membawaku perlahan-lahan mencintai music Linkin Park. Diluar irama, lirik atau perasaan yang bersenyawa dengan lagu-lagu LP sebelumnya, lagu ini seolah menjadi titik awal aku mengenal Linkin Park, kalau aku ngga pernah denger lagu ini, mungkin sampai detik ini aku ngga akan se-minat ini dengan LP.
Somewhere I Belong merupakan single pertama dari album kedua LP yang bertajuk Meteora. Bahkan nama Meteora ini pun sangat unik menurutku. Nama Meteora diambil dari sebuah rumah ibadah di atas bukit batu di Yunani yang merupakan tempat berkumpulnya para biksu. Bahkan lagu ini sering masuk dalam sepuluh besar chart tangga lagu dibeberapa Negara.
Untuk Video klipnya di sutradarai oleh Joe Hand (nich orang mending sekalian buat film aja kaleeee ya??). Sebenarnya video klip ini bercerita tentang sesuatu, tapi maaf..daya imajenasiku masih agak cethek untuk mentranslate maksud yang hendak disampaikan mr. Hand ini. Awal video nampak sebuah kamar Chester dimana ada beberapa benda seperti robot (ngga kenal aku robot apaan), ada juga gitar/bas, lukisan kayak mammot gitu (kayaknya..hehe). Terus si Chaster kayak jalan melayang dan terlempar keranjangnya, kemudian munculah Mike bernyanyi didepan water fall gitu, tapi water fall nya kayak air hujan yang jatuh kena kaca jendea gitu. Setelah itu, Chaster terlihat terdampar disebuah tempat yang aneh, dan disana sudah ada personil LP lainnya..dengan sekonyong-konyong Chasterpun mulai jingkrak-jingkrak bernanyi.
Beberapa saat kemudian telihat ada beberapa api yang membakar bagain-bagian ditempat itu juga tempat tidur Chaster yang kosong..dan bahkan lukisan binatang yang aku sebut mammot tadi hidup dan berada berjalan disekitar Chater,  Kayaknya sich ini mr Hand mau nyritaain Bang Chaster yang lagi galau sampai suasana kayak mimpi buruk gitu…hahaaaaaaaaa (jangan terlalu dipercaya ya??, lagi lagi aku menarik kesimpulan berdasarkan pemahaman pribadi..xixi). Eit, meskipun aku ngga bisa paham sama video klip ini (emang akunya aja yang ngga mudenganan sich…) Video Klip  ini pernah meraih penghargaan  sebagai Best Rock Video pada tahun 2003 MTV Video Music Awards.
Saat untuk membahas soal lirik, karena emang dari awal ngga terlalu peduli sama lirik lagu ini, jadi baru sadar kalau ternyata ada beberapa lirik yang cukup keren, seperti :
“….And I’get lost in the nothingness inside of me (I was confused)
But all the vacancy the words revealed.. Is the only real thing that I've got left to feel
….. And the fault is my own
I want to heal, I want to feel… I want to heal, I want to feel…
I want to let go of the pain I've held so long (Erase all the pain till it's gone)
I want to find something I've wanted all along…. Somewhere I Belong
Looking everywhere only to find that it's…Not the way I had imagined it all in my mind (So what am I)
What do I have but negativity
I will never know Myself until I do this on my own”

5. NUMB (Meteora)
Lagu berikutnya adalah Numb, ngga bisa dipungkiri lagu ini udah selalu nemenin aku kalau zaman dahulu aku lagi gegana (Gelisah, Galau dan Merana). Tiap dengerin lagu ini disaat moment yang sedih mendayu-dayu gitu, rasanya jadi aku banget dan percaya atau ngga, lagu LP ini sering banget jadi pelarian ku jika lagi ada something problem with my papi ketika beliau masih ada. Masuk kamar, tutup pintu pasang musik keras-keras terkadang sambil teriak-teriak nyanyi seolah sedang featuring with Chester sama Mike. Inilah satu-satunya lagu LP yang aku hafal liriknya termasuk bagian rap (hhaaa..padahal lirik rapnya cuman 2 baris doank. Susah kaleee ngapalin lagu kalau ada rap nya, cepettttttttnya kayak halilintar..).
Numb merupakan single ketiga dari Album Meteora dan merupakan lagu tersukses dialbum ini. Numb menduduki puncak Billboard Hot Modern Rock Tracks chart selama 12 minggu dan menjadi sejarah satu-satunya lagu paling sukses di Hot Modern Rock Track Chart selama 2 tahun. Numb pun dibuat versi kolaborasi dengan nama Numb Encore bersama Jay Z dan meraih penghargaan Grammy tahun 2006 kategori “Lagu Rap Terbaik/ Kolaborasi Lagu Terbaik”.
Video Klip Numb lumayan bisa dipahami dan menceritakan tentang isi dari lirik lagunya yang bercerita tentang perasaan remaja yang tertekan untuk memenuhi harapan orang lain. (Yach aku banget waktu remaja, karena sering tertekan karena tuntutan ortu untuk selalu mendapat nilai dan peringkat yang terbaik di sekolah..padahal kemampuanku kan pas-pas’an aje.. hiksss). Model video klip diperankan oleh Briana Evigan yang memerankan seorang remaja tertekan, di sekolah ia seperti dihindari teman-temannya karena bukan siswa yang populer, dirumah ia sering berdebat dengan ibunya dan melampiaskan emosi dengan melukis dikamarnya. Sedangkan LP nampak bernyanyi disebuah katedral di Praha. Pada ending klip, Briana datang ke Gereja dimana Band bermaiin dan seolah ia mendengr mereka bernyanyi, namun ketika ia masuk, ia hanya menemukan ruangan kosong hanya dengan alat musik lengkap Setelah hafal betul dengan wajah Briana Evigan, maka aku tidak asing ketika melihat pemeran utama wanita di film Step Up 2 yang ternyata memang diperankan oleh Briana Evigan.
Kalau inget masa sekolah yang cenderung banyak tekanan (sebenarnya sich bukan sepenuhnya tekanan, tapi harapan satu-satunya ortu kan hanya aku, so ya mereka ingin yang terbaik dech buat aku) jadi, hampir seluruh bagian lirik Numb itu serasa aku banget
“I'm tired of being what you want me to be... Feeling so faithless, lost under the surface
I don't know what you're expecting of me…Put under the pressure of walking in your shoes
Every step that I take is another mistake to you
I've become so numb, I can't feel you there…Become so tired, so much more aware
I'm becoming this, all I want to do…Is be more like me and be less like you”

6. FROM THE INSIDE (Meteora)
Nasib lagu ini hampir sama seperti Numb, tapi nilai plus lebih untuk tempo lagu ini yang pelan didepan tapi keras dibeberapa bagian. Dari judulnya aja juga udah kerasa banget kalau liriknya dalem banget, apalagi Chester dan Mike nyanyinya juga keren sangat. Lagu ini merupakan single ke-empat album Meteora dan disebut sebagai salah satu lagu berat dari LP dan banyak memberikan suara teriakan, bahkan Bang Chester berteriak hingga 10 detik tanpa henti. Lagu ini direkam pada tahun 2002 dan release pada January 2004.
Video klipnya disutradari oleh Joe Hand yang menampilkan sebuah kerusuhan dimana Chester dan Mike bernyanyi sambil berjalan diantara kerusuhan itu, sedangkan personil lain memainkan musik dipusat kota dimana kerusuan itu terjadi. Disela-sela pemandangan tersebut, nampak seorang pria kecil yang diperankan oleh Jamie Bennington (udah ngga usah tak sebutin who is he?? Mosok ya pada ngga kenal) yang ditinggal orangtuanya, lalu ia pun keluar menuju ke ributnya tempat kerusuhan, sampai kemudian si anak berteriak dan kerusuhan berhenti berganti dengan benda-benda yang seolah tertarik keatas lalu terjatuh lagi ketika si anak kehabisan napas lalu sesat ia melihat orang-orang yang pingsan dijalanan dan ia tersenyum kecil. Termasuk salah satu video klip LP yang aku ngga ngerti maksudnya, tapi meskipun begitu aku tetep maksa untuk menarik kesimpulan sendiri kalau VidKlip ini berniat menyampaikan pesan pada orang-orang dewasa yang sedang punya masalah dan berujung pada keributan itu membuat ketenangan dan kedamaian anak kecil ikut terusik, jangan salah…. anak kecil juga punya hak untuk meluapkan emosi.. dan ternyata luapannya cenderung menyadarkan orang-orang dewasa kalau apa yang mereka lakukan itu ngga penting banget… (ngga boleh portes karena aku juga punya hak untuk mengeluarkan pendapatku sendiri perihal maksud vidklip From The Inside ini). Terus apa hubungannya dengan tema lagunya ya? Mending hubungin aja dech sendiri (capek…dari tadi jadi penghubung terus), yang jelas bagaian lirik yang paling aku banget diantaranya
:
“I don't know who to trust, no surprise… Everyone feels so far away from me
Trying not to break but I'm so tired of this deceit… Every time I try to make myself get back upon my feet
All I ever think about is this…  All the tiring time between
And how trying to put my trust in you… Just takes so much out of me
Take everything from the inside …. And throw it all away
'Cause I swear for the last time …I won't trust myself with you”
Kesan dari lagu ini sepertinya adalah ungkapan orang yang marah/ bosan/ kecewa dan masa bodoh.. Entah kenapa lagu ini yang dulu sering banget aku teriakin dikamar kalau lagi marah sama bonyok zaman dahulu kala, sepertinya lagu ini sebagai perwakilan ungkapan marahku kala itu. Setelah Ayah tiada, tiap mendengar dan menghayati lagu ini, aku malah jadi nangis (gileeee aj kali, denger lagu keras macam gini malah mewek dan berderai air mata).

7. MY DECEMBER (Hybrid Theory Special Edition)
Kalau ditanya kenapa aku suka sama lagu ini, jawab pastinya karena ini lagu bukan Linkin Park banget, dan aku salut ternyata Chaster dan Mike yang hoby teriak-teriak ternyata bisa juga nyanyiin lagu slow but deadly (eh.. yang suka teriak hanya Chester aja, Mike nya kalau nyanyi kalemm tapi cepettttt.. capek dech ngikutinnya).
My December merupakan lagu yang ada di album Hybrid Theory Special Edition.  Lagu yang ditulis oleh Mike Sinoda ini adalah lagu yang terlembut di  Sayangnya.. Lagu se-dahyat ini ngga dibuat vidklip nya sama akang-akang LP (kemana nick pak Hand sang sutradara film?? Hehe), mungkin mereka susah kali ya gimana berexpresi di depan kamera dengan lagu lemah gemulai gitu, mas Chesternya kan ngga bisa jingkrak-jingkak…hehe. Tapi apapun itu, lagu ini memang benar-benar special editionnya Linkin Park dech, ngga ada duanya..meskipun ada beberapa lagu baru LP yang slowly tapi ngga sampai membunuh jiwaku seperti layaknya lagu ini..
album ini. Lagu ini tidak ada gitar distorsi dan lebih irama lebih banyak dimainkan dengan piano.
Juju raja sich, lirik di lagu ini ngga banyak yang mengesankan, tapi ada lah beberapa bagian lumayan ngena dihati..
“Just wish that I didn't feel like there was something I missed..
And I'd give it all away
Just to have somewhere to go to
Give it all away
To have someone to come home to”

8. IN THE END (Hybrid Theory)
Secara singkat, aku jatuh cinta dengan judul lagu ini yang singkat tapi pasti, layaknya semua peristiwa itu akan berakhir dengan kata “pada akhirnya…..”, Kenapa ya para musisi dan seniman itu pinter pinter kalu bikin judul lagu or film, aku ja cuman bikin judul posting aja mikirnya mpe dua hari dua malam, kadnag pake mandi kembang 1908 rupa..heheee… (just intermezzo). Kembali ke In The End, lagu ini mengena banget karena emang ada bagian liriknya yang cukup sesuai dengan nasib ku..
In The End merupakan lagu single ke empat dari album Hybrid Theory, dirilis pada tanggal 21 November 2001 dengan tema tentang kegagalan seseorang, atau lebih mengarah pada seseorang yang selalu berusaha untuk melakukan sesuatu namun pada akhirnya hanya kegagalan yang ia dapatkan, nyeseg banget ngga sich kalau kayak gitu, dan aku sudah berkali kali mengalami hal itu.. tapi harus selalu diambil sisi positifnya saja, kita ngga akan jadi orang yang “tahan banting” kalau ngga bisa menghadapinya.
Banyak kritikus music yang memuji lagu ini, bakan vocal rap Mike pun banyak mendapat sanjungan. Lagu ini mencapai sepuluh besar berbagai tangga musik di seluruh dunia dan mencapai # 2 di Billboard Hot 100. Lagu ini adalah lagu yang paling sering dinyanyikan disaat LP manggung, dan siapa sangka kalau sebenarnya Chester ngga suka sama lagi ini dan ngga ingin lagu ini ada di Hybrid Theory (pantes kayaknya porsi vocal Chasters dikit banget di lagu ini). Sedangkan untuk vidklipnya disutradari oleh Joe Hand yang kali ini berduet dengan Nathan Cox. Vidklipnya menampilkan Chaster yang bernyanyi bersama band diatas sebuah patung besar raksasa (seperti gambar disampul Hybrid Theory) sedangkan Mike berjalan disebuah tanah yang tandus yang kemudain tumbuh rumput menjalar. Menjelang akhir video , langit berubah gelap dan mulai hujan dan LP bernanyi dibawah guturan air hujan sampai akhir lagu, saat hujan berhenti terlihat gurun yang tadi tandus menjadi subur. Vidklip nya agak berbau-bau fantasi gitu sich, kalau ditelaah lagi dari daya penalaran ala Indyani, vidklipnya kayaknya mau certain suasana kegagalan yang kemudian berbuah keberhasilan (mulai 100% ngawurrrrr).
Nich dia bagian lirik yang paling aku suka
“I tried so hard.. And got so far.. But in the end, It doesn't even matter
I had to fall… To lose it all… But in the end… It doesn't even matter”

9. CASTLE OF THE GLASS (Living Things)
Lagu ini aku kenal bareng sama Lost in the Echo, dari liriknya aku belum terlalu perhatikan tapi pertama kali tertarik karena judulnya yang unik, ada castle-castle nya jadi ngebayangin vidklipnya bakal di sebuah kerajaan tua gitu..heheee. Selain dari judul, aku juga suka iramanya yang mengalun tenang tapi keras (lho, piye to kih?)
Castle of the Glass merupakan bagian dari album Living Things. Lagu di produksi oleh Mike Shinoda dan Rick Rubin serta dirilis sebagai single promosi Danger Close Game. Lagu ini memang terdengar agak berbeda karena terdapat beberapa unsure melodi seperty country serta unsure-unsur tradisional lain tanpa meninggalkan elemen elektronik yang unik. Lagu ini dirilis sebagai single promosi untuk Danger Close Game yang rilis 2012, Medal of Honor: Warfighter
Di awal vidklip muncul tulisan “Inspired by Many True Stories” , Vidklip bercerita tentang anak laki laki yang diberitahukan kalau ayahnya (seorang prajurit) telah tewas, ia dan ibunya diceritakan berkabung sedangkan keluarga mereka mencoba menghibur mereka, kemudian nampak Mike berdiri dan bernyanyi ditengah badai pecahan kaca, sedangkan band lain nampak bermain disebuah tempat yang penuh dengan badai juga. Terlihat juga beberapa cuplikan dimana sang ayah berjuang selama bertugas.
Menjelang akhir, si anak menemukan benda-benda yang disimpan ayahnya didalam sebuah kotak dan menemukan topi milik sang ayah, saat ia mengenakannya sekilas nampak sang ayah muncul memakai topi tersebut (diperankan oleh Korps Marinir veteran Scott Levy) yang menjadi anggota SEAL. Pada akhir vidklip, seorang pria memberitahukan pada gadis kecil berita sedih yang menimpa keluarganya (kayaknya sich yang ngasih tau ini ayah si anak lelaki tadi). Dan pada bagian band, nampak suasana yang awalnya penuh dengan badai kaca, kini berakhir dengan suasana tenang dan matahari terbit. Seperti sebelumnya disebutkan kalau lagu ini ada kaitanya dengan game Medal of Honor, maka vidklipnya pun menceritakan tentang realitas prajurit menghadapi medan perang dan kondisi keluarga selama mereka saling berjauhan bahkan ketika mereka akhirnya ditinggalkan. Bagian ending dari vidklip ini muncul kutipan dari Winston Churchill yang berisi “All great thing are simple and many can be expressed in single words: Freedom, Justice, Honor, Duty, Mercy, Hope”
Bagian lirik yang aku suka adalah :
“And show me how to be whole again… Cause I'm only a crack
In this castle of glass..  Hardly anything left, for you to see”

Benerkan, setelah selesai merilis cerita diatas… aku perhatikan rasa-rasanya kok ngga penting banget, tapi whatever-lah.. yang jelas aku mendapatkan beberapa informasi yang sebelumnya ngga aku tahu, dan Itulah deretan lagu-lagu dari band Linkin Park yang paling bersenyawa dan sejiwa dengan aku. Mungkin daftar tersebut akan bertembah dikemudian hari seiring dengan munculnya hasil karya terbaru dari Linkin park.


*Forza Inter Milan 1908x..*

Wednesday, November 13, 2013

Jejak Petualang : Dieng, Layaknya Negeri Khayangan



Hasrat untuk memanjakan mata melihat keindahan alam semakin tak terbendung lagi, seperti yang sebelumnya sempat aku tuliskan kalau akhir-akhir ini keinginan untuk berpetualang rasanya sedang berada pada taraf yang cukup besar. Setelah sebelumnya mencari tempat-tempat sebagai target kunjungan, akhirnya pilihan pertama jatuh di daerah Wonosobo-Banjarnegara, di obyek wisata alam Dataran Tinggi Dieng. Rencana ingin segera saja kesana, namun berhubung masih banyak acara termasuk “njagong”, aku dan koko pun baru bisa berangkat pada tanggal 9 November 2013 kemarin.
Kami berencana berangkat Sabtu siang (sepulang aku kerja tentunya) dan mencari penginapan didekat Dieng, berharap minggu pagi bisa menikmati sunrise. Sebelum berangkat aku sudah mempersiapkan perlengkapan yang mesti kami bawa, diantaranya pakaian ganti dan make up tentunya (secara cewek gitu lho), jaket, syal (karena disana tuch dingin banget), kaos tangan+kaos kaki, obat pribadi, senter, sendal gunung, charger HP, Kamera, Dompet+uangnya tentu saja, Buku Nikah, kartu identitas, Minuman dan makanan ringan. Akhirnya sekitar pukul 13.20 koko Bear sudah menjemputku dikantor dan kami siap berangkat mengendarai Scorpy merah hitam melaju diatas roda dua ditengah-tengah terik matahari yang menyengat… heheee.
Kami dari Boyolali memilih jalur melewati Ampel menuju ke Salatiga hingga sampai di pertigaan Ring Road, sambil melihat papan petunjuk arah, kami terus melajukan sepeda, kemudian kami mengambil jalur ke arah Ambarawa melewati Banyubiru sampai bertemu dengan simpang empat yang menuju ke arah Jogja, Semarang dan Magelang. Kami pun mengambil jalur ke arah Magelang. Sampai di Magelang, waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 15.00, jalannya cukup padat merayap dan sangat macet sekali. Kami kemudian memilih jalur alternatif menuju Temanggung, diperjalanan ini kami menyempatkan diri untuk rehat sembari Sholat Ashar terlebih dahulu di salah satu Mushola dipinggir jalan, selesai Sholat kami melanjutkan perjalanan lagi, Sekiranya waktu tempuh sampai Temanggung adalah sekitar 40 menit lagi.. Huaaaaaduhh ! Pantat ini rasanya udah kayak jadi sambel, pedes nya minta ampun, mana aku masih gendong tas rangsel yang cukup berat,,,hehehe.. tapi tetep seru dan ngga nyesel dech meski harus berpegel-pegel ria. Setelah sampai di Temanggung, kami mengikuti petunjuk arah ke Wonosobo (kayaknya sich ada jalur alternatif dari Temanggung langsung ke Dieng, tapi ngga dapat peta jalurnya, so milih muter jalur lewat Wonosobo). Menuju ke Wonosobo, sekitar pukul 16.30 kami melewati jalur ringan dimana kanan kiri penuh pemandangan alam yang diberikan oleh Gunung Sindoro dan Sumbing (sayangnya waktu itu ngga kepikiran buat ngeluarin kamera dan jepret-jepret sambil jalan), selain itu..kanan kiri jalan banyak sekali lahan pertanian yang umumnya ditanami sayuran (pertanian, aku banget nich harusnya), salah satu hal yang sedikit aneh adalah ketika melintas didekat mushola, aku benar-benar mendengar ada suara adzan, bahkan di dua mushola berbeda, sekali lagi aku cek jam ditanganku, masih 16.30, so ini adzan untuk sholat apa ya?? Pertanyaanku dan rasa penasaranku tetap tak terjawab karena ngga sempet tanya tanya (tapi menurutku kayaknya sudah jadi tradisi ditempat itu, mungkin sebagai tanda peringatan para petani kalau sudah pukul 16.30, waktunya mereka menyelesaikan pekerjakan di lahan dan pulang kemudian menunaikan Sholat Ashar.. kayaknya sich gitu..soalnya di daerah Karanggede Boyolali juga sempat denger sholat Dhuhur itu adzannya 2z).  Kembali keperjalanan kami, kami terus mengikuti papan petunjuk arah, hingga sampailah kami di Wonosobo kota, ternyata masuk ke Wonosobo kami harus mengitari jalur kota dahulu karena dibuat satu arah, dari Wobosobo kami terus naik menuju ke dataran tinggi Dieng.  Aku fikir jaraknya ngga terlalu jauh, tapi wow..ternyata kami mesti menempuk sekitar 12 km lagi untuk sampai di Dieng (tapi rasanya lebih dech). Kanan kiri jalan dipenuhi dengan lahan pertanian sayuran dan yang paling banyak adalah kentang, ada juga pohon Carica, yaitu pohon buah sejenis Pepaya, namun buahnya kecil-kecil dan merupakan vegetasi khas di daerah Dieng, makanya disana terkenal dengan manisan Carica.
Sekitar pukul 17.15 aku belum juga melihat gapura Selamat Datang Dieng yang sering jadi obyek foto para wisatawan itu, kami masih terus mengikuti jalan menanjak berkelok kelok dalam kondisi yang semakin dingin, dan akhirnya sampailah kami di pertigaan menuju obyek Wisata Dieng. Kami memilih tikungan ke kiri dan mencari penginapan, tapi masih bingung mau milih yang mana, kami terus mengitari wilayah tersebut, dan menemukan obyek Telaga Warna, Papan nama Komplek candi Arjuna, Kawah Sikidang, dan Dieng Plateu, namun aku pingin mencari lokasi Bukit Sikunir yang terkenal dengan sunrise nya, tapi ternyata ngga ketemu, akhirnya kami pun memutuskan mencari penginapan.. Huft, karena weekend, homestay sudah penuh semua, kebanyakan yang datang itu rombongan jadi pada booking duluan, untung akhirnya dapet penginapan yang masih kosong juga meskipun sudah ada beberapa rombongan anak kuliahan yang singgah disana, ehh ternyata homestay tempat aku menginap pernah dipakai Shooting FTV yang dibintangi Rio Dewanto..hehe. Oya sekedar info, Dataran tinggi Dieng ini terbagi menjadi dua wilayah yaitu Wonosobo dan Banjarnegara, nah untuk lokasi Kawah Sikidang serta Candi Arjuna (termasuk tempat penginapankua) masuk wilayah Banjarnegara, sedangkan untuk Telaga Warna dan Bukit Sikunir masuk di Wonosobo.
Makanan Khas Dieng, Manisan Carica dan Mie Ongklok
Well, lanjutkan storynya keburu sore…hehee, Setelah dapat kamar, kami pun langsung Sholat dan cari makan.. hehe, berhubung udara sangat dingin dan air juga seperti salju mencair, aku sama koko memutuskan untuk tidak mandi sajooo, haha. Karena tidak disediakan makanan di homestay, kami pun keluar mencari makan, baru sekitar pukul tujuh, tapi suasana sudah sepi dan gelap, warung yang direkomendasikan ibu Kost  juga sudah tutup, akhirnya aku memilih Rumah Makan yang menyediakan nasi sama Mie Ongklok juga, mie Khas Dieng, katanya kalau belum makan Mie Ongklok, belum afdol,, akhirnya aku pun mencobanya, satu porsi Mie ternyata berpasangan dengan Sate, awalnya aku pikir sate ayam, tapi ternyata sate Kambing, komentar ku adalah.. cukup mengecewakan,, entah aku salah pilih warung atau emang aku yang ngga sreg sama makanannya, Mie Ongklok itu terasa aneh dilidahku dengan kuah yang kental gurih-manis sedangkan satenya terasa masam, bahkan koko melarangku untuk makan takut kalau sudah basi. Giliran mau bayar, Koko sempat mengintip nota yang totalnya nyaris 150rb.. hehe, jujur nyaliku jadi ciut waktu mau bayar bukan soal nominalnya, tapi lebih pada rasa menyesal ternyata harga untuk sebuah pengalaman terasa sangat mahal, secara makanannya kurang berkenan dilidahku.. dari pada berlama-lama, akhirnya aku putuskan untuk membayar, dan ternyata totalnya cuman sekitar 50rb, Harga untuk mie Ongkloknya masih standrd sekitar Rp. 8000,-. Sedangkan satenya Rp.2000/tusuk. Normal sich, dan karena satenya masih sisa banyak, dibungkusin dech tuch sama yang punya warung, tapi dijalan akhirnya aku buang juga…hahaaa.. Sekitar pukul sembilan malam aku sudah menyiapkan diri untuk tidur, selain capek..hawa dingin juga membuatku merasa mengantuk.
Sunrise Di Puncak Bukit Sikunir
Sebelum tidur, ibu Kost sudah berpesan kalau ingin liat Sunrise harus berangkat jam empat pagi, Beliau pun memberikan peta buatannya juga sebagai petunjuk arah. Sekitar pukul tiga pagi aku sudah terjaga, kebetulan Inter Milan maen dijam-jam tersebut, karena ngga bisa tidur lagi, aku pun memilih terjaga sambil browsing2 (Jaringan internetnya tetep lancar oiiiii………… sippp dach). Pukul setengah Empat Ibu Kost sudah membangunkan kami-kami untuk siap-siap, Brrrr…sungguh dingin sekali, awalnya aku dan koko berencana untuk mandi dulu, tapi tidak jadi,, mikirnya ntr aja pulang dari Bukit Sikunir, setelah sholat subuh, kami pun berangkat. Jaket, Kaos tangan, kaos kaki, Syal, Senter dan air minum tak lupa kami bawa, tapi sebelumnya aku sempat memakai Salonpas untuk menghangatkan telingaku..
Journey to the Sikunir pun dimulai, selain jalannya yang terjal, berkelok kelok, gelap dan banyak lubang, jalannya juga naik turun dan sempet..hehee, agak ngeri juga terlebih didepan dan dibelakangku mobil semua. Sesaat setelah masuk papan nama “Welcom to Sembungan Village_Desa Tertinggi di Pulau Jawa” kami harus membayar retribusi dulu sebesar Rp.4000/orang. Sampai diparkiran Bukit Sikunir, wow… sudah buanyakkk banget mobil dan motor yang parkir disana. Untuk menuju ke Bukit Sikunir, kami harus meniti jalan setapak yang menanjak, berbatu dan licin. Dari parkiran sampai puncak kurang lebih 500-700 meter jarak yang harus kami tempuh, disinilah senter sangat berguna sekali. Huft..kaki ku sungguh terasa kaku, sesekali kami mesti istirahat untuk mengatur nafas yang ngos-ngosan sambil meneguk air sedikit sedikit, sekitar kurang 200 meter, kokoku tidak kuat dan memilih istirahat sejenak.. hehe, sayang dunk sampai di Sikunir ngga bisa finish di puncak, akhirnya aku memutuskan untuk naik sendiri (berasa kayak orang hilang diantara kerumunan manusia yang ngga ada satupun yang aku kenal), hemmm..dengan niat dan semangat, akhirnya sampai juga aku diatas.. Busetttt.. udah kayak lauta manusia, buanyak banget yang berbondong-bondong sekedar ingin melihat Sunrise. Berhubung aku alone diatas.. dengan sangat super pede, aku meminta bantuan beberapa orang yang berada didekatku untuk mengambilkan fotoku…wkwkkk !!! sumpeh narsis dan pede poul…, merasa matahari sudah mulai cerah, aku memutuskan turun, dan bertemu koko ku dibagian datar dibawah puncak bukit. 
Telaga Cebong

Kami pun turun dan menuju ke Telaga Cebong yang ada dikaki bukit Sikunir, sungguh indah banget dech pemandangannya. Biasanya telaga ini ramai dikunjungi orang-orang yang Hoby memancing, bahkan ada beberapa tenda camp yang nangkring di pinggir telaga. Sekedar berfoto ria, kami pun melanjutkan perjalanan. Karena menurut kami terlalu memakan waktu jika harus bolak balik ke Kost, kami memutuskan langsung saja menuju obyek wisata lain (artinya… kami bergaya sebelum mandi 2 pagi.. ups, mandi sore juga kayaknya.. wkwkk).
Telaga Warna
Tujuan selanjutnya kami menuju ke telaga Warna dan Telaga Pangilon yang berada di satu Lokasi, setelah parkir, kami masuk ke Telaga dengan membayar retribusi Rp, 2000/orang (murah ya???), dan kami tak perlu berjalan jauh karena telaga sudah berada beberapa meter didepan pintu loket dan kami sudah langsung disambut Telaga Warna yang memang nampak memiliki dua warna berbeda, nampak benng dan hijau, bau aroma belerang pun cukup menyengat disekitar Telaga Warna. Tempat khas di telaga itu adalah adanya pohon yang tumbang dan mengarah ke Telaga dan dibiarkan begitu saja sehingga nampak eksotis…wkwkk.
Telaga Pangilon
Dari arah telaga Warna, kami tinggal berjalan lurus menuju ke Telaga Pangilon, karena saat itu masih sekitar pukul setengah delapan, suasana Telaga masih cukup sepi dan masih bisa bebas mengexpresikan diri. Telaga Pangilon sebenarnya bukan telaga yang berair bening, justru airnya coklat keruh, namun memang dari kejauhan nampak berkaca kaca seperti cermin. 
Tidak berapa lama, kami pun melanjutkan perjalanan menuju ke obyek berikutnya, Kawah Sikidang. Kawah ini berada di Kabupaten Banjarnegara dan merupakan kawah yang paling terkenal, selain paling mudah dijangkau, Kawah ini terkenal karena lubang keluarnya gas selalu berpindah-pindah di dalam suatu kawasan luas. Dari karakter inilah namanya berasal karena penduduk setempat melihatnya berpindah-pindah seperti kijang (Kidang). Untuk retribusi Ke Kawah Sikidang ini kami harus merogoh kocek Rp. 10.000/orang yang ternyata sudah termasuk tiket masuk ke Komplek Candi Arjuna. Menuju ke parkiran Kawah Sikidang, aroma Belerang semakin menyengat dan sangat sangat tidak enak.. banyak ibu-ibu menjajakan masker kesehatan, namun kami memilih memakai slayer saja sebagai penutup mulut dan hidung. Jalan menuju ke mulut kawah juga tidak terlalu jauh, disekitar aliran kawah nampak tanahnya kering dan berwarna putih keabu-abuan, selain itu vegetasi apapuj juga nampak tak bisa hidup disekitar tanah bekas aliran kawah, sehingga terlihat seperti gurun yang tandus. 
Mendekat mulut kawah aroma semakin menyengat, bibir kawah dibatasi dengan pagar kayu untuk menghindari pengunjung mendekat ke mulut kawahnya. Nampak air berwarna coklat mendidih dan mengeluarkan gas berwarna putih, nampak didekat kawah Sikidang terdapat sebuah pabrik pengolahan belerang. Tidak berapa lama kami memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan, sekedar tahu dan mendapatkan kenang-kenangan foto sudah sangat memuaskan buat aku..ahahaaaa, dan lokasi terakhir yang kami tuju adalah Candi Arjuna. Disana kami tidak perlu membayar tiket lagi, tinggal memberikan tiket dari kawah tadi (untung ngga aku buang). 
Komplek Candi Arjuna
Untuk menuju ke komplek Candi, kami harus berjalan sekitar 300 meter. Komplek Candi Arjuna terdiri dari beberapa candi kecil, diantara candi Bima, Sembodro, Srikandi, Setyaki, dll. Sesuatu hal yang menjadi khas di Candi itu adalah, adanya rombongan penari yang berdandan seperti reog, mereka tidak sepenuhnya menari hanya nampang di depan Candi Arjuna dan melayani para wisatawan yang berniat berfoto bersama dengan dibandrol tarif Rp. 5000,-/sekali foto atau Rp. 10.000,-/2x foto dengan kamera sendiri. Berhubung udah sampai di Candi Arjuna, sayang rasanya kalau ngga ikut foto sekalian, aku pun kemudian nampang bersama para penari-penari yang notabene cowok2 itu, sedangkan Kokoku puas dengan memotret saja (huft..kadang sebel juga, alergi amat sich sama kamera..hee). Puas berkeliling disekitar candi, kami pun pulang dan kembali menuju ke penginapan untuk segera mandi dan pulanggggggggggggggg….
Pohon Buah Carica
Pukul sepuluh kurang lima belas menit kami keluar dari penginapan, dan pulang menuju jalur tembusan ke Temanggung melewati perkebunan The Tambi. Jalannya sempit dan lagi-lagi naik turun, sampai ditengah perjalanan (masih sekitar 17 km menuju Temanggung), tiba-tiba ban depan Scorpy koko kempes, untungnya pas disekitar pemukiman penduduk dan kami tak perlu jauh-jauh menuntun motor hingga tempat tambal ban. Berhubung Koko cerdasku sudah menyiapkan cadangan ban dalam, kami ngga perlu menunggu menamba, tinggal ganti ban saja dengan ban baru, 10 menit pun kelar, dan kami melanjutkan perjalanan kembali hingga sampailah di pusat kota Temanggung, kami mampir dulu di Warung Makan Padang karena sedari pagi belum sarapan, kemudian menuju ke toko oleh-oleh sekedar mencari manisan Carica yang super khas (sayang cuman beli 2 botol, @Rp. 11.500,-… ternyata enak dan pingin lagi).
Rekap Perjalanan
Kunjungan terakhir sudah terlaksna, dan saatnya mengencangkan ransel untuk bersiap berjalan diatas dua roda menuju ke haribaan negeri Boyolali (halah…..), eh sekitar pukul 12.45 kami masih mampir sholat dulu dink di entah daerah mana karena aku agak mengantuk sepanjang perjalanan. Kami pulang kembali mengambil rute Banyubiru menuju Salatiga lalu Ampel, dan Boyolali kota. Pukul 14.20 kami sudah sampai di Istana Tercinta… Huffff, capek dan terasa panasss sekali… Sebelum beranjak untuk istirahat… aku memilih menata dan memisahkan pakaian-pakaian kotor terlebih dahulu. Akhirnya,,, sampai rumah juga dengan selamat… dan kembali bersiap menanti race MotoGP Valencia penentuan gelar Juara Dunia 2013 (dannn…………..capek pun hilang setelah Marc Marquez dinobatkan jadi sang juara… hheee).

Sampai jumpaaaaaaa lagi