Wednesday, April 24, 2013

RAGA DALAM HIDUPKU

Ku lirik jam yang menempel di tangan kiriku, “Busetttt….” Umpatku setelah sadar waktu lima menit tak-kan cukup untuk mengantarku ke ruang kelas kalau langkahku tetap santai seperti ini. Kupercepat langkah kakiku dan kemudian aku memutuskan untuk mengambil langkah seribu.
“Loe habis dikejar-kejar anjing ya Ning?” usik salah satu temenku ketika aku dengan cepatnya menerobos pintu dan duduk di kursi pertama yang kulihat masih kosong.
“Gilaaaaa…..gue dikejar-kejar sama setan” jawabku asal
“Huh..gak masuk akal, pagi-pagi dah mulai ngibul. Gue sumpahin Loe bakal sial seharian” sahut temenku lagi.
“Kagak usah Loe sumpahin, gue udah sial Ken” “Eh, tapi Lumayan juga nech, dosennya belum masuk jadi gue kagak telat and artinya gue kagak sial-sial amat” jawab ku enteng
“Sapa bilang kosong? Perhatiin tuh di belakang kalau bukan Prof. Dr. Ir. Rukito, apa hantu yang habis ngejar-ngejar Loe tadi?” sahut temenku lagi
Aku diam dan sedikit nyengir ketakutan saat tatapan mata sang Dosan mulai mengarah ke tempat dudukku.
“Kamu yang duduk disitu.. sudah terlambat masih rebut sendiri saja.. keluar saja sana!!”
Sambil menahan malu gara-gara suara lantang dari pak Dosen, akhirnya aku pun bangkit dari tempat dudukku dan keluar ruangan dengan sedikit dongkol.

                                                                        ***
            Seusai kuliah pertama selesai, aku duduk-duduk santai di taman kampus sambil tengak tengok sosok Raga berada, akhirnya mata ku melihat manusia itu juga sedang berdiri di dekat pohon kamboja yang sedang berbunga indah.
 “Gila Loe ya Ga? Jadi orang brengsek banget sih” omelku setelah keluar ruangan dan kulihat Raga, dengan tampang tak berdosanya, duduk-duduk sembari menikmati sisa-sisa batang rokoknya.
“Apa-apa ini? Loe yang gila kali. Tiba-tiba langsung nyolot kayak setan beranak gitu”
Ku redam amarahku untuk sementara waktu. Namun menatap ekpresi wajah Raga yang tetap saja tak berubah__masih sok suci, tanpa dosa__emosiku semakin memuncak.
“Raga,!!! Buang deh tampang sok culun Loe itu. Kemana aja Loe semalem? Begadang? Maen PeEs sama temen-temen kost Loe, trus kesiangan bangun? Gitu-kan alasan yang mau Loe buat?”
“Bener Ning, bener__gue kesiangan. Sorry banget”
“Yach…dan Loe lupain tanggung jawab Loe dan dengan santainya melimpahkan tugas itu ke gue, Loe mau tahu kelanjutanya. Gue telat masuk kuliah Ga, dan gue di usir keluear. Sekarang gue gak mau peduli lagi sama apa yang Loe kerjain. Gak usah minta tolong lagi sama gue. males Ga” omelku panjang lebar dan sesekali kulihat wajah Raga mulai nampak merasa bersalah, namun perasaan ini sudah terlanjur memanas, akhirnya kutinggalkan Raga dengan perasaan yang masih tetap dongkol.
“Masih dongkol sama Raga? Gue jadi heran, biasanya Loe gak sesenewen ini kalau dah menyangkut masalah dia. Bukannya dia sering nyusahin Loe, tapi Loe gak pernah gubris. Malah Loe kayaknya happy banget. Ning, jangan bilang Loe dah gak naksir Raga lagi?”
“Naksir Raga?” tanyaku sedikit menutupi perasaan sebenarnya “Naksir dari Hongkong?”
“Gak usah munafik. Loe sendiri kan yang bilang betapa happy-nya waktu Loe tahu bisa jadi co-ass barengan sama dia. Dua tahun Loe lalui semua itu, dan gue juga ikut seneng tiap kali ngilat Loe sumringah karena bisa deket sama dia. Tapi kali ini agak aneh?”
“Gue emang gak pernah bisa bohongin Loe Ken” ucapku pada Niken dengan nada menyerah
“Gue lama-lama gak kuat terus menerus berada di dekat Raga. Gue takut gak bisa mengendalikan perasaan ini. Bisa bayangin gimana rasanya berada di dekat orang yang Loe suka tapi dia sama sekali gak tahu perasaan itu? Nyeseg banget.. Raga tuch sama sekali ngga peka”
“Kenapa Loe gak ungkapin aja perasaan Loe itu!! Pa perlu bantuan gue?” cibir Niken temen yang paling ngertiian aku di Kampus ini
“Eh eh, tuh pangeran idaman Loe kayaknya bakal nagkring ke sini dech, mau minta maaf pasti. Mmm….gue mau ke kantin dulu deh, takut ganggu!! see you chayang”
“Kemana Ken?” sapa suara Raga yang terdengar tepat dibelakangku
“Cari minum ke kantin, haus nich” “Ning… jangan menyerah yach” goda Niken sambil beralalu
Ku lihat wajah Raga dengan seksama, sekian detik mata kami saling beradu di satu titik.  Jantungku seolah berdetak seribu kali lebih cepat dari biasanya, darah terasa mengalir ke seluruh tubuh begitu derasnya. ku coba mengatur nafasku yang semakin tak karuan. Raga__cowok yang sudah cukup lama bertahta dalam hatiku, dan selama ini aku begitu gembiranya tiap sesekali bisa dekat dengan dia, walaupun dia tak pernah tahu apa yang ada jauh di dalam lubuk hatiku, dan cowok itu kini duduk tepat di depanku, dekat_sangat dekat.
“Masih marah Ning? Sorry banget!! Sebenarnya kemarin siang gue pulang kampung, ada urusan penting. Sangat penting, jadi tadi gue sampai kampus agak kesiangan. Gue juga gak enak sama Loe Ning, selama ini Loe selalu urus kerjaan gue, bahkan Loe gak pernah ngeluh. Loe terlalu baik, tapi waktu Loe marah-marah tadi, gue nyadar__kesabaran Loe ada batasnya. Tapi please, sekali ini maafin gue”
“Urusan penting? Sepenting apa sampai Loe pertaruhkan tanggung jawab Loe. Gue lama-lama males kalau Loe terus kayak gini. Kapan sich Loe ngertiin perasaan gue? Apa Loe terlalu bodoh sampai gak nyadarin sesuatu. Loe pikir sikap gue ke Loe selama ini tergolong wajar? Kapan sich Loe bisa melihat gak cuman pake mata, tapi juga pakai hati” bentakku karena suasana hati belum kembali nyaman.
“Perasaan? Loe ngomongin apa’an sich? Apa yang Loe bicarakan?”
Mendengar kata-kata Raga, aku mulai tersadar dengan apa yang baru saja aku ucapkan. Ku coba ingat lagi, kalau begini siapa yang sebenarnya bodoh. Aku sudah tak mampu berfikir panjang dan gak ingin Raga bertanya yang macam-macam, cuman satu yang terpikir di kepalaku, kabur.
“Loe mau kemana? Loe belum denger alasan gue? Loe masih marah ya” cegah Raga sewaktu aku mulai bangkit dari tempat duduk
“Sorry, Gue harus ke toilet nich” kataku dengan suara agak bergetar namun langkah kakiku terhenti ketika suara pembelaan Raga keluar dari mulutnya
“Cewek gue kecelakan Ning, jadi Gue mesti pulang…..” Suara Raga begitu pelan masuk ke telingaku, namun cukup menusuk di dalam hatiku. Aku merasa cukup beruntung dengan posisi tetap membelakangi Raga, dengan kondisi ini Raga tak mampu melihat betapa kacaunya ekspresi wajahku saat ini. Aku tetap berdiri mematung dalam hitungan detik, mencoba meresapi rasa terkejutku dan meratapi kepedihan hatiku atas apa yang baru saja ku dengar. Kesadaranku kembali saat pandanganku mulai berkaca-kaca. Aku tak ingin Raga tahu aku menangis, akhirnya akupun melaju menuju toilet, tempat yang sebenarnya tak benar-benar ingin aku kunjungi.

                                                                   ***

“Cinta Loe bertepuk sebelah tangan?” komentar Niken beberapa hari setelah kejadian itu
“Gak cuman bertepuk sebelah tangan, dia dah ada yang punya. Tapi kenapa aku ngga pernah tau hal itu sebelumnya.. Gue deket sama Raga, tapi dia ngga pernah sekalipun cerita soal ceweknya.. Bodoh banget gue sampai ngga pernah nyadarin itu semua” Sesal ku
Niken cuman bisa diam seolah ikut merasakan luka patah hati yang begitu menyakitkanku. Sementara waktu berlalue, dering nada sms hp ku membuyarkan keheningan kamar kost Niken.
“Siapa Ning?” tanya Niken cukup penasaran kerena aku begitu salah tingkah setelah  membaca sms yang baru saja aku terima itu.
“Eh… ah ngga,, n isms ngga penting kok” jawabku agak terbata-taba
“Raga ya?” tebak Niken
Aksi diamku membuat Niken semakin penasaran lalu seketika merebut hp dan membaca sms terakhir yang baru saja aku dapat.
Ning, ada sesuatu yang pingin gue bicarakan sama Loe. ada sesuatu yang ingin gue tau tentang  Loe, dan ada sesuatu yang harus Loe tahu tentang gue. gue tunggu di cafétaria biasa, jam 8 malam
“Loe harus dateng. Saran gue__Loe harus dateng. Harus. Ini kesempatan emas buat Loe, penantian dua tahun tuh gak sebentar, ingat__kesempatan belum tentu datang dua kali. Lusa dia berangkat magang Sulawesi, Loe harus bicara sama dia. Jangan sampai menyesal”
“Percuma, apa masih perlu gue ungkapin perasaan ini?”pikirku kemudian “Dia gak bakal peduli,dia tuh sudah punya cewek lagipula ceweknya juga lagi sakit… Gue ini siapa?”
“Menurutmu kalau dia sudah punya cewek dunia bakal kiamat?, selama janur kuning…”
“Ah, entahlah, gue mo balik kost. Mmm…bakal gue pertimbangkan saran Loe. thanks” jawb ku sembari berlalu dengan cepat. Jujur dalam keadaan galau begini aku kadang malas mendengar saran dan saran dari orang lain.
                                                                      ***  
 Waktu seolah berjalan begitu cepat, detik demi detik mengantar menuju menit berikutnya. Jam 8 masih kurang 45 menit lagi, dan aku masih bimbang antara datang dan tidak. Segala kemungkinan dan berbagai pikiran mulai berkecamuk dalam kepalaku. Ku lirik pakaian yang sudah siap menanti untuk ku pakai, tapi aku masih enggan untuk beranjak pergi dari khayalanku. Entah kenapa waktu tak berhenti untuk memberiku kesempatan lebih lama lagi untuk berfikir. Apa yang harus aku pilih, bila aku datang apa yang akan terjadi, tapi bila tidak datang__apa hal lain yang akan terjadi?? Kegalauanku seolah meruntuhkan segala keberanianku. Tapi aku harus memilih__yang terjadi, ya terjadilah.
Benar atau tidak, kenyataannya aku memilih tetap berada di kamar kostku dan membiarkan pukul 8 malam berlalu tanpa sesuatu yang berarti. Mungkin ini jalan yang terbaik__percuma juga bila aku memilih untuk datang. Aku yakin Raga masih berfikir kalau aku marah sama dia dan dia cuma  mo minta dan mulai beralasan macam-macam, tentang kekasihnya tentu_yang pasti akan terdengar begitu menyakitkan buatku. Hampir jam 9 malam, hatiku masih tetap kacau. Ku baca lagi sms terakhir Raga, sekali-dua kali-berkali-kali sampai akhirnya ada kalimat Raga yang menarik perhatianku “ada sesuatu yang ingin gue tau tentang  Loe”. tanpa pikir panjang ku samber jaket dan melaju menuju café, sayangnya_sosok raga sudah tak nampak lagi disana. Dia sudah pergi__
Keesokan harinya-pun tak lagi ku jumpai Raga di kampus. Bahkan dia sudah tak lagi menghubungi aku untuk sekedar pamitan atau say goodbye.
“Raga lagi pulang kampong kali, persiapan buat merantau. Dia-kan besukkan ke Sulawesi” kata Rois, temen dekat Raga.
“Ah, paling juga melepas rindu sama ceweknya” komentarku pelan.
“Apa? Cewek?? Cewek yang mana? Cepat kali tuch orang gaet cewek lagi, baru juga Metta meninggal dunia.. udah dapet gantinya. Nasib nasib.. kalau mujur yach mujur terus,, gue dari jaman orok sampai sekarang..masih ngejomblo aja”
“Duarrrrrrr” Sumpah mati aku gak tahu harus berbuat apa. Seketika serasa tubuh ini diterjang badai. Mungkinkah ini yang ingin Raga ceritakan semalam.  
 “Raga !!!..Gue pikir Loe gak bakal datang nemuin aku lagi??” Tanya ku agak terkejut saat Raga tiba-tiba dating ke kostku pagi-pagi buta.
“Gue belum kelar kasih penjelasan sama Loe waktu itu”  “Tapi sebelumnya, ada sesuatu yang mengusik hati gue. Kata-kata Loe saat itu, apa yang gue gak ngerti tentang perasan Loe, sesuatu yang selama ini gak pernah gue sadar. Dan benar_gue emang bodoh, gue gak pernah nyadarin ada perasan indah yang Loe sembunyikan di balik hati lembutmu”
“Sudahlah… waktu itu gue nglantur kok. Bukan sesuatu yang penting”
Aku mencoba mengelak dan menyembunyikan perasaan ku itu, berlagak menutupi perasaan hatiku.
“Metta, cewek gue_ Dia…meninggal dalam kecelakan itu. Masih terasa penyesalan kenapa aku tidak ada disaat dia menghembuskan nafas terakhirnya” ungkap Raga
“Rois udah cerita sama Gue kemarin, Sory Ga.. gue ngga tau. Gue ikut berduka cita”
“Loe ngga salah Ning, cumin gue aja yang belum siap untuk cerita”
“Ning.. Jam 9 gue berangkat, gue mau kamu ikut ngantar gue ke Bandara. Loe mau ikut kan?” ajak Raga.
“Hemmm… oke Ga.. ntr gue sama Niken pasti ngantar loe kok. Gue janji” jawab ku ringan
                                                                   ***
 Ku tatap wajah Raga dari kejauhan, setengah tahun aku ngga bakal bisa liat wajah dia lagi secara langsung. Cinta memang kadang datang tak pernah tepat pada waktunya.
“Ning,, kesana yuk.. tuch Pesawat raga udah mau berangkat. Kita perpisahan dulu lah sebentar” ajak Rois agak memakasa.
Akhirnya datanglah waktu berpelukan dan saling mengucap doa untuk kesuksesan masing-masing. Saat itu pula Raga menarik tubuhku untuk ia dekap dengan kencang, dan ia bisikkan beberapa kata di telinggaku. “Ning, aku suka coretanmu di buku catatanku” ucap Raga memuat aku tersentak dan melepaskan pelukannya. Tanpa rasa malu, Raga melanjutkan kata-katanya.
“Enam bulan lagi, Gue ingin Loe jemput Gue disini..sebagai kekasih Gue. Loe mau kan? Tawar Raga yang seketika membuat nafasku terhenti berhembus.
“Gue serius Ning.. Gue tau Loe suka Gue sejak baca coretan kecil yang kamu tinggalkan di buku ku dulu. Aku harus bisa membuka lembaran baru, menjadikan Metta sebagai kenangan indah masa laluku dan menerimamu untuk hadir menjadi masa depanku” kata aga menegaskan sambil mnyelipkan secarik kertas kedalam genggamanku.
“Gue pasti bakal nunggu Loe datang Ga,, pasti” Jawabku mantap walau masih tak percaya dengan kata-kata Raga barusan.
Raga pun kemudian berlalu dengan melambaikan tanggannya kepadaku, namun sekalipun Raga berlalu dari pandangannku, ia akan tetap ada di hatiku. Ku tatap pesawat yang ditumpangi Raga perlahan mulai menghilang diujung langit, kubuka genggaman tanganku, secarik kertas dari Raga mengingatkanku pada coretan kecil yang aku tinggalkan disalah satu lembarnya ketika aku pinjam buku Raga beberapa waktu silam
Selama apapun aku menantimu untuk tahu isi hatiku…
Selama itu pula aku mungkin hatimu tak pernah untukku.
Tak apa aku hanya bisa melihat senyummu dikala bahagiamu, atau menghapus air matamu saat
datang dukaku..  Meskipun Raga itu tak pernah jadi milikku…

(Boyolali, 26Maret 2013)

 *sekian*

No comments:

Post a Comment